dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.
Sekarang mata-Ku terbuka dan telinga-Ku menaruh perhatian kepada doa dari tempat ini.
Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.
( II tawarikh 7:14-16 )

Senin, 25 April 2011

TAAT: Harus Dalam Tindakan Nyata

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2011


Baca:  Yakobus 2:14-26

"Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?"   Yakobus 2:21

Ketaatan baru disebut sebagai ketaatan sampai hal itu diwujudkan dalam sebuah tindakan nyata, bukan hanya melalui perkataan atau pikiran saja!  Yakobus menegaskan,  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (ayat 17).  Abraham kembali dijadikan contoh tentang figur orang yang benar-benar hidup dalam ketaatan.  Abraham tidak hanya taat dan percaya secara pikiran dan kemauan tapi ia juga mempraktekkannya, dan karena ketaatannya itu kehidupan Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.

     Rasul Paulus mengatakan,  "Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,"  (2 Korintus 9:13).  Ketika ketaatan seseorang diwujudkan melalui tindakan nyata, hal ini dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan orang tersebut.  Ketaatan yang diwujudkan dalam tindakan nyata akan memiliki kekuatan dan berdampak kuat untuk membawa orang lain kepada Tuhan.

     Bagaimana bisa menjadi orang yang taat?  Kita harus mempertajam pendengaran kita dan melatih diri untuk banyak mendengar seperti yang dikatakan oleh Yesaya,  "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid."  (Yesaya 50:4b).  Kita tidak mungkin bisa menjadi orang yang taat jika kita tidak belajar untuk mendengar.  Ketika kita mendengar firman Tuhan mulailah tumbuh iman di hati kita dan kemudian kita melangkan dalam ketaatan.  Tapi masih banyak di antara kita yang tidak sungguh-sungguh hidup dalam ketaatan:  datang ke gereja bukan karena taat tapi karena sungkan ditelponi terus oleh Gembala sidangnya, dan sebagainya.

     Ingat, ketaatan itu harus jelas.  Mulai mendengar terlebih dahulu, sehingga kita mengerti apa yang Tuhan kehendaki, lalu kita bertindak dengan iman.  Itulah sebabnya firman Tuhan berkali-kali menasihatkan sebagaimana disampaikan kepada ketujuh sidang jemaat di kitab Wahyu,  "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh..."  (2:7)

Ketaatan tanpa disertai tindakan nyata sama dengan ketidaktaatan!

KEBANGKITAN YESUS: Tidak Sia-sia Iman Kristen

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2011 -


Baca:  Matius 28:1-10 

"Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.  Mari, lihatlah tempat Ia berbaring."  Matius 28:6

Menjelang Paskah semua gereja pasti disibukkan dengan banyak persiapan, mulai dari tim paduan suara yang berlatih keras menyiapkan puji-pujian dengan tema Paskah, para guru sekolah Minggu juga sibuk mengadakan lomba-lomba untuk anak didiknya, tak ketinggalan juga ada telur paskah lengkap dengan hiasannya.  Alangkah pernik paskah ini menyadarkan kita akan makna dari paskah itu sendiri, bukan hanya sekedar tradisi atau seremonial belaka.

     Paskah adalah kemenangan bagi orang percaya dan seharusnya menjadi kebanggan setiap orang yang percaya kepada Kristus.  Ayat nas di atas adalah penggenapan dari apa yang dijanjikanNya,  "...Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari."  (Markus 8:31).  Yesus telah bangkit dari kematianNya!  Hebatnya, kuasa kebangkitanNya itu didahului oleh tanda-tanda yang ajaib:  terjadi gempa bumi yang dahsyat dan turunnya malaikat dari langit yang wajahnya bagaikan kilat dengan pakaian putih seperti salju.  KuburNya yang kosong membuktikan kuasaNya sangat hebat dan dahsyat.  Maka dari itu setiap orang percaya tidak perlu takut dan ragu dalam mengiring Kristus.  KebangkitanNya benar-benar memberi keyakinan dan kepastian akan jaminan keselamatan kekal bagi kita.  Mari, jangan sia-siakan keselamatan yang telah kita terima ini karena keselamatan kekal itu hanya ada di dalam Yesus.  Sangat memprihatinkan jika ada orang percaya yang rela meninggalkan iman Kristus demi mendapatkan pasangan hidup, jabatan atau kemewahan dunia ini.  Rasul Paulus mengatakan,  "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu."  (1 Korintus 15:14).

     Kristus telah bangkit!  Tidak seharusnya kita menjalani hidup ini dengan ketakutan dan keraguan.  Sebaliknya, mari kita tatap masa depan dengan kepala tegak karena kita memiliki Tuhan yang hidup.  Beritakanlah kabar kesukaan ini kepada dunia!

"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu."  1 Korintus 15:17

Kamis, 21 April 2011

KUNCI UTAMA: Taat, Tidak Membantah (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2011


Baca:  2 Raja-Raja 5:1-14

"Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya?  Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu:  Mandilah dan engkau akan menjadi tahir."  2 Raja-Raja 5:13

Alkitab menyatakan,  "Apa yang tidak pernah dilihat mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia:  semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).  Ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan dan berkat-berkat yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, sebab Tuhan  "...dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,"  (Efesus 3:20).

     Inilah yang juga dialami oleh Naaman, seorang panglima raja Aram, yang menderita penyakit kusta.  Ia diperintahkan oleh nabi Tuhan, yaitu Elisa, agar menceburkan diri dan mandi sebanyak tujuh kali ke dalam sungan Yordan.  Celakanya, peritah ini tidak disampaikan secara langsung oleh Elisa, melainkan melalui orang suruhannya (baca 2 Raja-Raja 5:10).  Bagi Naaman hal ini merupakan sebuah penghinaan atau sikap tidak hormat kepadanya.  Bagaimana mungkin Naaman mau mengerjakan apa yang disuruhkan Elisa kepadanya kalau semua perintah itu tidak masuk akal, terbilang aneh dan tidak sesuai dengan harapannya, apalagi Elisa dinilai tidak menghargai dia yang adalah panglima terpandang.  Itulah reaksi pertama Naaman (baca 2 Raja-Raja 5:11-12).  Namun atas saran dan desakan para pegawainya akhirnya Naaman mau melakukan apa yang diperintahkan nabi Allah itu, sekalipun tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan;  dan ketika Naaman mau taat dan belajar merendahkan diri serta tidak bersandar pada pengertiannya sendiri, ia pun mengalami kesembuhan secara total.  Dikatakan,  "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu.  Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."  (2 Raja-Raja 5:14).

     Bukankah kita sering bertindak seperti Naaman?  Tidak mau taat dan lebih mengandalkan logika kita.  Kita sering memilah-milah perintah Tuhan, mana yang akan ditaati dan mana yang tidak.

Naaman mengalami mujizat kesembuhan ketika ia mau bertindak dalam ketaatan terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengerti ada rencana Tuhan di balik itu semua.

Rabu, 20 April 2011

KUNCI UTAMA: Taat, Tidak Membantah (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2011


Baca:  Ibrani 11:8-19

"Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak.  Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,"  Ibrani 11:17

Semua orang percaya tahu pasti bahwa kunci untuk mengalami berkat, kemenangan dan terobosan-terobosan dalam hidup adalah taat, artinya setia melakukan apa yang Tuhan kehendaki seperti Yesus, yang taat melakukan kehendak Bapa:  "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39) dan Yesus juga mengatakan,  "...sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."  (Yohanes 5:30b).  Bahkan Alkitab menegaskan bahwa Yesus  "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).

     Jadi ketaatan adalah masalah yang tidak asing lagi bagi kita tapi merupakan suatu hal yang paling sulit untuk dilakukan, apalagi bila harus menaati sesuatu yang tidak kita sukai, tidak masuk akal atau bertentangan dengan keinginan dan harapan kita.  Contohnya adalah Abraham.  Ia diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan anak semata wayangnya, Ishak, sebagai korban persembahan.  Menurut pikiran manusia permintaan Tuhan ini sangat tidak masuk akal dan tidak pernah terbayangkan oleh Abraham sebelumnya.  Meski demikian Abraham mengerjakan apa yang Tuhan mau dengan penuh semangat dan tanpa keterpaksaan.  Tertulis:  "Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya;  ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya."  (Kejadian 22:3).  Hal ini menunjukkan bahwa Abraham taat kepada Tuhan sepenuhnya tanpa ada bantahan atau argumentasi sedikit pun.  Hati Abraham begitu bersukacita dalam menjalankan perintah Tuhan, sulit atau mudah, sesuai dengan harapan atau tidak.  Intinya, Abraham hanya punya satu tujuan yaitu taat kepada Tuhan dan menyenangkan hatiNya.

     Abraham taat tanpa mengajukan syarat apa pun.  Yang menjadi fokus utamanya adalah Pribadi Tuhan, bukan pada apa yang telah ia miliki atau berkat yang telah ia terima dari Tuhan.  Abraham tahu benar bahwa ketika ia taat menjalankan perintah Tuhan, hal-hal yang luar biasa di luar pemikirannya, disediakan Tuhan baginya.  (Bersambung)

Selasa, 19 April 2011

MUJIZAT TUHAN MASIH TERJADI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2011


Baca:  Mazmur 77

"Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban;  Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa."  Mazmur 77:15

Banyak orang berpikir bahwa mujizat Tuhan hanya berlaku pada zaman dahulu dan tidak berlaku untuk kehidupan di masa sekarang ini.  Tetapi faktanya adalah Tuhan masih melakukan mujizat.  Bila ada orang yang tidak mengalami mujizat bukan karena Tuhan tidak sanggup melakukannya, tetapi karena orang itulah yang tidak percaya pada mujizat.  Alkitab dengan tegas menulis:  "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a).  Sehingga dengan demikian  "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  (Markus 9:23b).  Melalui ayat-ayat di atas jelas dikatakan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan!  Dia adalah Allah Sang Pembuat Mujizat karena Dia yang menciptakan bumi dengan segala isinya.  Segala sesuatu yang dilakukanNya adalah ajaib.  Kalau kita merasa memiliki Allah yang dahsyat dan luar biasa seperti itu tapi masih saja tidak percaya pada mujizatNya, kita adalah orang-orang yang paling bodoh dan rugi besar!

     Mujizat dapat terjadi dalam hidup kita karena Dia sangat mengasihi kita.  KasihNya tidak setengah-setengah, tapi total.  Hal itu dibuktikanNya di atas kayu salib.  Dia yang tidak berdosa rela menanggung dosa kita supaya kita dibenarkan;  Dia rela terkutuk supaya kita berkemenangan;  Dia bukan hanya Allah yang sanggup melakukan mujizat, tetapi juga sangat mengasihi kita, dan tak ada suatu apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita  (baca Roma 8:38:39).

     Kita harus berkata jujur bahwa kemampuan dan kekuatan kita sebagai manusia sangatlah terbatas.  Tidak ada yang dapat kita banggakan dari diri kita ini.  Karena itulah kita sangat membutuhkan dan memerlukan pertolongan dan mujizat dari Tuhan.  Jangan sekali-kali menyombongkan diri dan merasa tidak membutuhkan Tuhan, sebaliknya bergantunglah penuh kepada Tuhan supaya mujizat dapat terjadi dalam hidup kita.

Untuk mengalami mujizat Tuhan ada hal-hal yang harus diperhatikan:  kita harus memiliki hidup benar di hadapan Tuhan, tidak hidup dalam dosa, harus percaya penuh janji Tuhan dan tidak bimbang, setia dan tekun melakukan kehendak Tuhan dan tetap tahan uji.

Senin, 18 April 2011

MENGAPA KITA HARUS MENGALAMI PROSES? (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 April 2011


Baca:  1 Petrus 3:13-22

"Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia."  1 Petrus 3:14a

Melanjutkan renungan kemarin mari lihat contoh lain, Daniel, yang juga harus mengalami pemrosesan dari Tuhan:  "Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa."  (Daniel 6:17a).  Meski demikian Daniel tidak marah dan menyalahkan Tuhan, ia tetap tenang.  Ketika berhasil melewati proses itu Tuhan menunjukkan kuasa dan pembelaannya atas Daniel.  Tertulis:  "Allahku telah mengutus malaikat-nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya;  tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan."  (Daniel 6:23).

     Bila saat ini kita sedang mengalami proses dari Tuhan jangan sekali-kali mengeluh dan kecewa kepada Tuhan, karena Dia tahu mana yang terbaik bagi kita, Tuhan Yesus berkata,  "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."  (Yohanes 15:2).  Inilah maksud Tuhan membersihkan kita supaya kehidupan kita menjadi indah dan menghasilkan buah lebih banyak lagi.  Bersyukurlah bila Tuhan masih memproses kita karena berarti Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menerima berkat-berkatNya yang baru.  Ada tertulis:  "Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu,sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang.  Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula."  (Markus 2:22).

     Jadi anggur yang baru tidak dapat disimpan dalam kirbat yang lama;  anggur baru harus ada dalam kirbat yang baru pula.  Artinya Tuhan akan terlebih dahulu membentuk dan memproses kita menjadi 'baru' supaya pada saatnya kita layak menerima berkatNya, karena tidak sedikit orang Kristen yang tidak siap menerima berkat dari Tuhan;  ketika hidupnya sudah diberkati mereka malah berbuah tidak lagi setia kepada Tuhan, semakin diberkati malah semakin sombong, semakin diberkati malah semakin meninggalkan pelayanan dan jam-jam ibadah.  Maka dari itu perlu kesiapan untuk menerima berkat itu.

Jika Tuhan menilai kita belum siap menerima berkatNya, Dia memproses kita lebih dulu!

MENGAPA KITA HARUS MENGALAMI PROSES? (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 April 2011


Baca:  Yakobus 1:2-8

"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan."  Yakobus 1:2-3

Tuhan selalu punya rencana yang indah di balik proses pembentukan yang diijinkan terjadi dalam kehidupan anak-anakNya.  Ketika kita mau taat mengikuti proses Tuhan ini dengan benar hasilnya pasti akan luar biasa.  Namun seringkali timbul pertanyaan dalam pikiran kita:  "Kapan ya saya diberkati seperti hamba Tuhan itu?  Kapan hidup saya dipulihkan?  Kapan saya mengalami mujizat dari Tuhan?"  Kita harus percaya bahwa berkat, pemulihan dan mujizat itu sesuatu yang pasti akan kita terima dari Tuhan.  Tetapi sebelumnya kita harus siap melewati sebuah proses untuk mendapatkan itu semua.  Alkitab mengatakan,  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada baangsiapa yang mengasihi Dia."  (Yakobus 1:12).

     Mengapa kita harus mengalami proses dari Tuhan?  Karena kehidupan orang percaya memang tidak selamanya melewati jalan-jalan yang mulus, terkadang ada banyak tantangan dan pergumulan yang harus kita jalani.  Namun yang pasti tangan Tuhan yang berkuasa selalu siap menopang dan menyertai lagkah kita.  Tuhan memproses kita pasti ada maksud, yaitu supaya kehidupan kita semakin indah di hadapanNya.  Ayub berkata,  "Karena Ia tahu jalan hdupku;  seandainya jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.  Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya."  (Ayub 23:10-12).

     Banyak tokoh dalam Alkitab yang harus melewati proses pembentukan dari Tuhan, dan ketika mereka setia dan taat ketika diproses hidup mereka menjadi sangat luar biasa.  Yusuf:  dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya lalu dijual sebagai budak di Mesir, difitnah dan dipenjarakan.  Namun ia tidak memberontak kepada Tuhan atau mengeluh, ia tetap percaya dan setia mengikuti alur Tuhan sehingga pada saat yang tepat kemuliaan Tuhan dinyatakan atas kehidupan Yusuf.  Sarakh, Mesakh dan Abednego:  harus menghadapi peerapian yang menyala-nyala, tapi sedikit pun tak menggoyahkan iman mereka  (baca Daniel 3:17-18).  (Bersambung)

Sabtu, 16 April 2011

HIDUP KEKRISTENAN: Hidup Dalam Pembentukan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2011


Baca:  Yeremia 18:1-17

"Sungguh, seperti tanah tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!"  Yeremia 18:6b

Seringkali kita tidak mau mengalami proses yang ditentukan Tuhan bagi kita, yang kita pikirkan hanyalah bagimana mendapatkan berkat dan pertolongan Tuhan, sehingga ketika proses itu terjadi kita cenderung memberontak dan menyalahkan Tuhan;  kita tidak tekun dan tidak setia menjalani proses tersebut.  Mari renungkan ini: "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).

     Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji.  Dia senantiasa menepati apa yang dijanjikanNya dan Dia Tuhan yang tidak pernah berhutang terhadap siapa pun yang mengasihinya.  Maka dari itu kita harus percaya bahwa Tuhan pasti sanggup menolong kita, sebesar apa pun persoalan yang kita alami.  Akan tetapi yang Tuhan kehendaki adalah kita harus mengikuti jalan-jalanNya, kita harus siap diproses dan dibentuk olehNya.  Kita pun harus setia mulai dari perkara-perkara kecil terlebih dahulu, sebab jika kita setia dalam perkara kecil Tuhan akan mempercayakan perkara besar kepada kita.

     Mari pelajari contoh kasus ini:  Adalah pekerjaan yang mudah bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir.  Tapi mengapa sepertinya selalu dipersulit oleh Firaun?  Firaun bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan.  Sekeras apa pun ia Tuhan selalu punya cara yang ajaib untuk menolong dan membela umat Israel.  Ketika bangsa Israel dikejar oleh pasukan tentara Mesir Tuhan pun bertindak menyatakan kuasaNya:  "Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering;  sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka."  (Keluaran 14:22) dan orang-orang Mesir pun dicampakkan Tuhan ke tengah-tengah laut Teberau.  Hal ini menunjukkan betapa mudahnya tangan Tuhan memberikan pertolongan dan menyatakan mujizatNya.  Namun perhatikanlah betapa Tuhan memerlukan waktu selama 40 tahun untuk memproses dan membentuk bangsa Israel, sampai-sampai Ia sendiri menyebut bangsa Israel sebagai bangsa yang tegar tengkuk  (baca Keluaran 32:9).

Fokus bangsa Israel hanya pada berkat dan mujizat tapi menolak diproses oleh Tuhan, akibatnya mereka harus mengalami proses itu dalam waktu yang sangat lama!

Jumat, 15 April 2011

HIDUP KEKRISTENAN: Hidup Dalam Pembentukan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2011 -


Baca:  Yeremia 18:1-17

"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  Yeremia 18:4

Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan yang berproses, artinya kita harus mengalami pembentukan dari Tuhan.  Seperti tanah liat yang berada di tangan tukang periuk, sebelum menjadi sebuah bejana yang indah dan bernilai tinggi, tanah itu harus diproses berulang-ulang sampai menjadi apa yang diinginkan oleh si penjunan.

     Jika memperhatikan kehidupan orang-orang di dunia ini, sebagian besar hanya fokus atau berorientasi kepada hasil saja:  berharap menjadi orang yang berhasil atau sukses seperti orang lain, tapi tidak mau bekerja keras;  ingin memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak peduli bagaimana cara harta itu diperoleh, bahkan segala cara ditempuhnya tanpa mempedulikan apakah cara itu benar, halal, haram atau melanggar hukum;  karena ingin menduduki jabatan yang lebih tinggi, seseorang rela menempuh jalan yang sesat, melakukan suap atau mencari pertolongan kepada paranormal.  Ada pula yang 'hantam kromo' demi mendapatkan jodoh atau pasangan hidup, padahal ternyata pasangannya itu sudah beristeri, tidak seiman dan sebagainya.  Segala cara ditempuh oleh orang-orang yang ingin mendapatkan segala sesuatu secara cepat tanpa harus mengalami proses.  Berhati-hatilah!  Ketika seseorang menempuh cara yang tidak berkenan kepada Tuhan, apalagi sampai datang meminta pertolongan kepada Iblis atau kuasa gelap, kelihatannya pertolongan itu cepat datang, tapi Iblis tidak pernah memberikannya dengan gratis, ada harga yang harus dibayar oleh orang itu!

     Dalam kehidupan orang percaya ada berkat, pertolongan dan mujizat yang secara pasti disediakan Tuhan bagi kita ketika kita mengikuti aturan-aturan yang ditentukan Tuhan untuk kita kerjakan.  Inilah yang disebut proses!  Tertulis:  "Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Artinya jika kita mampu melewati proses yang Tuhan kehendaki dengan benar, berkat-berkat itu telah tersedia bagi kita.  Yang pasti semua janji Tuhan adalah ya dan amin;  Dia tidak akan pernah mengecewakan umatNya!  Pertanyaannya:  sudahkah kita berhasil melewati proses yang ditentukan itu?  (Bersambung)

Kamis, 14 April 2011

BIMBANG KARENA KENYATAAN YANG ADA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2011


Baca:  Roma 4

"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup."  Roma 4:19


Kebimbangan seringkali menjadi penghalang bagi umat Tuhan untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita.  Mengapa kita sering bimbang terhadap janji Tuhan?  Karena kenyataan yang sedang kita hadapi dan alami tidak seperti yang kita harapkan, sepertinya kenyataan sangat bertolak belakang dengan apa yang Tuhan janjikan.  Akibatnya yang menjadi fokus dan perhatian kita adalah kenyataan-kenyataan yang ada, bukan mengarahkan mata iman kepada janji Tuhan.

     Inilah yang dihadapi oleh Abraham.  Tuhan berjanji kepadanya,  " 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.'  Maka firman-Nya kepadanya:  'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' "  (Kejadian 15:5).  Tuhan menjanjikan keturunan Abraham seperti bintang-bintang di langit banyaknya!  Namun inilah kenyataannya:  "...tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup."  Tetapi meskipun fakta sepertinyasemakin jauh dari apa yang dijanjikan Tuhan, Abraham tidak menjadi bimbang,  "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan mejadi bapa banyak bangsa,..."  (Roma 4:18).  Abraham tetap memegang teguh janjiNya sehingga imannya tidak menjadi lemah atau goyah, sehingga pada akhirnya ia menerima penggenapan janji Tuhan itu.

     Banyak di antara kita tidak bisa menikmati janji Tuhan sekalipun janji Tuhan itu adalah janji yang besar dan luar biasa.  Apa sebabnya?  Karena kita sendirilah yang tidak konsisten; kita bimbang dan tidak mampu bertahan menghadapi kenyataan yang ada.  Mari kita belajar seperti Abraham yang terus membangun imannya kepada Tuhan meski berada di tengah-tengah kemustahilan.  Jangan pernah mengukur dan membatasi kuasa Tuhan dengan pikiran dan kekuatan kita yang terbatas, di mana untuk mengalami penggenapan janji Tuhan kita harus membangun iman dan melatih kesabaran, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita.  Kalau kita memegang teguh janji Tuhan janji itulah yang akan menopang dan menguatkan kita pula.  Sebaliknya semakin kita larut dalam kenyataan, semakin kita mengalami kesulitan melihat apa yang hendak Tuhan kerjakan dalam hidup kita.

Iman dan kesabaran adalah kunci menantikan janji Tuhan digenapi.

Rabu, 13 April 2011

MILIKILAH PENUNDUKAN DIRI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2011


Baca:  Yakobus 4:6-10

"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!"  Yakobus 4:7

Menurut kamus Webster, arti kata penundukan diri adalah: secara sukarela berserah kepada satu sama lain; menyerahkan rencana-rencana atau tujuan seseorang kepada orang lain.  Jadi penundukan diri membawa seseorang berada di bawah kepemimpinan orang lain.  Begitu pula sebagai umat Tuhan kita harus memiliki penundukan diri kepada Tuhan, hidup seturut dengan kehendak Nya serta mau dipimpin olehNya.  Untuk memiliki penundukan diri tidaklah mudah karena membutuhkan kerendahan hati.  Alkitab tegas menyatakan,  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  (ayat 6b).  Namun di zaman sekarang ini sulit rasanya menemukan orang yang punya krendahan hati.  kebanyakan orang cenderung menjadi congkak dan suka membanggakan diri sendiri, apalagi kalau ia kaya atau berpangkat.

     Penundukan diri dari kerendahan hati itu 'satu paket', tak terpisahkan.  Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti kita mengikuti jalan-jalanNya dengan setia,  "Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi.  Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela."  (Wahyu 15:4b, 5), serta mau dibentuk dan dikoreksi.  Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita sehingga kita pun beroleh kekuatan untuk melewati setiap pencobaan demi pencobaan yang dilepaskan Iblis.  Penundukan diri harus tumbuh dari diri kita dan itu merupakan tindakan nyata setiap hari, bukan hanya waktu-waktu tertentu saja.

     Untuk tunduk kepada Tuhan ada harga yang harus kita bayar!  Kita harus 'mati' terhadap daging,  "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - ..."  (Galatia 5:17).  Ketika kita mati terhadap daging kita, kehidupan kita akan berdampak bagi orang lain karena kuasa Tuhan akan bekerja dalam kita.  Yesus adalah teladan utama dalam hal penundukan diri; Dia tunduk dan hidup taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Dampaknya adalah dalam diri Yesus mengalir kuasa dan otoritas sorga sehingga Dia sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib.

Tunduk kepada Tuhan berarti tunduk kepada firmanNya dan melakukan firman itu melalui tindakan nyata, bukan sekedar ucapan!

Selasa, 12 April 2011

DALAM NAMA TUHAN YESUS: Ada Otoritas

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2011 -


Baca:  Yohanes 14:1-14

"Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."  Yohanes 14:14

Nama Yesus bukanlah sembarang nama sebagaimana ditegaskan dalam Alkitab:  "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku:  'Yesus Kristus adalah Tuhan,'  bagi kemuliaan Allah, Bapa."  (Filipi 2:9-11).

     Jelas nyata bahwa nama Yesus adalah nama di atas segala nama, yang di dalamnya terkandung kuasa yang mahadahsyat sehingga segala yang ada di atas langit dan di bawah bumi bertekuk lutut, dan Allah memberikan jaminan yaitu jawaban doa kepada siapa pun yang berdoa atas nama Yesus Kristus.  Jadi bukan asal sebut jika doa-doa kita selalu diakhiri di dalam nama Yesus.  Mengapa harus dalam nama Yesus?  Ketika kita berdoa meminta segala sesuatu kepada Bapa di sorga di dalam nama Yesus, kita sedang meminta di atas otoritas Yesus Kristus.  Artinya seluruh otoritas Yesus Kristus akan menyertai kita, sehingga  "...segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku."  (Yohanes 16:23b).  Dalam nama Yesus doa kita akan dijawab oleh Bapa dan apa yang kita minta akan dikabulkanNya.

     Saat kita berdoa meminta segala sesuatu dalam nama Yesus kita memiliki penyerahan diri kepada Tuhan Yesus;  berdoa menurut kehendakNya, bukan menurut kehendak diri sendiri.  Kita tunduk pada apa yang Tuhan kehendaki bagi hidup kita karena Dia tahu mana yang terbaik bagi kita seperti yang dilakukan Yesus ketika Ia sedang berdoa di taman Getsemani,  "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39).  Doa Yesus bukan untuk memuaskan keinginanNya sendiri tetapi Ia belajar untuk tunduk dan mengutamakan apa yang dikehendaki Bapa.  Sedangkan kita, seringkali kita  "...berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."  (Yakobus 4:3).  Kita memaksa Tuhan untuk menuruti keinginan kita dan menjawab doa-doa kita, padahal doa kita itu hanya untuk memuaskan keinginan kita sendiri.

Nama Yesus nama orang yang berkuasa, di dalamNya kita beroleh jaminan jawaban doa!

Senin, 11 April 2011

MENGHARGAI FIRMAN TUHAN LEBIH DARI SEGALANYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2011 -


Baca:  Mazmur 119:89-89

"Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku."  Mazmur 119:92

Apakah Saudara suka membaca?  "Ya, saya suka sekali membaca buku, apalagi buku-buku tentang komputer dan otomotif."  Ada juga yang hobi sekali membaca buku-buku sejarah dan para tokohnya.  "Kalau aku sih suka baca buku tentang motivasi atau personality."  "Membaca adalah hobi yang menyenangkan, tapi aku tidak suka membaca buku yang isinya terlalu berat, aku paling suka baca komik yang lucu-lucu, bahkan koleksi komikku bukan hanya puluhan, tapi sudah ratusan.  Tiada hari tanpa membaca komik."  Tentu inilah beberapa reaksi Saudara.

     Di sela-sela menyalurkan hobi Saudara membaca buku-buku tersebut di atas, apakah Saudara juga suka membaca Alkitab?  "Membaca Alkitab sih kadang-kadang, kalau sempat."  "Kalau tidak bisa tidur saya mencari Alkitab dan membacanya, maka tidak seberapa lama saya langsung pulas;  Alkitab benar-benar menjadi pilihan yang tepat sebagai pengantar waktu tidur."  "Saya membuka Alkitab pas ibadah di gereja saja."  Adalah sangat menyedihkan jika masih banyak orang Kristen yang tidak suka membaca Alkitab, atau membaca juga tapi asal-asalan.  Perhatikan apa yang dikatakan oleh Daud,  "Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu.  Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu;  firman-Mu tidak akan kulupakan.  Betapa aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua."  (ayat 15, 16, 97, 127).  Meski sebagai seorang raja besar dan berkuasa, Daud begitu menghormati firman Tuhan.  Tiada hari tanpa merenungkan firman Tuhan.  Daud sadar betapa berharganya firman Tuhan bagi hidupnya!

     Mengapa Alkitab itu begitu penting bagi kehidupan orang percaya?  Di dalam Alkitab tertuang isi hati Tuhan, dan di dalamnya terkandung perintah-perintahNya, rencana-rencanaNya dan juga janji-janjiNya;  itulah sebabnya Alkitab juga disebut sebagai firman Tuhan.  Alkitab tidak dapat disamakan dengan buku apa pun yang ada di dunia ini, isinya bukan hasil karangan manusia atau rekaan tapi merupakan ilham Allah sendiri.  Jadi Alkitab adalah firman Tuhan yang penuh kuasa dan memiliki otoritas tertinggi dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

Daud berkata,  "Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya."  (ayat 160)

ORANG BENAR: Hidupnya Dijamin oleh Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2011 -


Baca:  Mazmur 37:12-26

"Tuhan mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;"  Mazmur 37:18

Seiring berjalannya waktu keadaan dunia semakin hari semakin berubah secara drastis.  Teknologi semakin mutakhir sehingga persaingan antarindividu kian ketat.  Oleh karena itu tiap orang harus bisa meng-upgrade dirinya begitu rupa bila tidak ingin tertinggal.  Karena tingginya tingkat persaingan yang ada, timbullah ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan manusia mulai kehilangan jati dirinya.  Banyak orang tidak lagi mengindahkan norma-norma yang ada, yang penting bisa survive!  Bahkan tidak sedikit anak Tuhan yang akhirnya terbawa oleh arus dunia ini.  Mereka beranggapan apabila tidak mengikuti arus yang ada mereka tidak akan berhasil.  Padahal Tuhan menghendaki agar kita berani hidup melawan arus dunia, artinya tidak terbawa arus.  Alkitab mengatakan,  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:..."  (Roma 12:2).  Jadi kita harus bisa cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

     Ada yang perlu digarisbawahi, yaitu bahwa kehidupan orang benar ada dalam jaminan Tuhan, sebab  "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;"  (Mazmur 37:23).  Ini berarti hidup mereka diberkati oleh Tuhan.  Ingin berbahagia dan diberkati Tuhan?  Andalkan Tuhan dalam segala hal dan berharaplah hanya kepadaNya  (baca Yeremia 17:7).  Oleh karena itu kita tidak perlu takut atau gelisah akan hari esok dan masa depan kita sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11).  Bagi orang benar Salomo menegaskan,  "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  (Amsal 23:18).  Bukan hanya masa depan kita yang dijamin, Dia juga akan menyertai setiap langkah hidup kita.  Dikatakan,  "apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya."  (Mazmur 37:24).

     Jadi wujud penyertaan Tuhan tidak hanya berupa pertolongan pada waktu kita menghadapi persoalan, tetapi Dia juga akan meluputkan kita dari marabahaya.  Jangan sekali-sekali berharap dan bergantung pada kekayaan yang kita miliki, karena harta di dunia ini hanya bersifat sementara dan dapat lenyap dalam sekejap.

Asal kita hidup benar, berkat dan penyertaan Tuhan pasti nyata.

Sabtu, 09 April 2011

JANGAN KUATIR: Tuhan Memelihara Kita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2011 -


Baca:  Lukas 12:22-31

"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?"  Lukas 12:25

Siapa pun orangnya, entah itu pria atau wanita, tua atau muda, orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau pegawai rendahan, tinggal di kota, desa, di lereng gunung atau di daerah pelosok, semuanya pasti pernah merasa kuatir.  Adalah bohong jika ada orang yang berkata,  "Seumur hidup aku tidak pernah kuatir.",  karena rasa kuatir adalah bagian dari kehidupan manusia.  Merasa kuatir itu wajar, tapi kita tidak boleh larut dalam kekuatiran setiap hari atau keterusan hidup dalam kekuatiran.

     Lalu bagaimana caranya untuk tidak larut dalam kekuatiran?  Caranya ialah membangun kekariban dengan Tuhan setiap hari, karena kehadiranNya melenyapkan kekuatiran dan membuat damai sejahtera.  Maka dari ini "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:70).  Bila kita tetap larut dalam kekuatiran, hal itu akan merugikan diri kita sendiri.  Kita tidak akan bertumbuh dan maju, bahkan keadaan kita akan semakin buruk.  Ketika seseorang terus dalam kekuatiran, dalam hidupnya pasti tidak ada ucapan syukur, yang ada hanya keluh kesah dan persungutan.  Maka supaya kekuatiran itu lenyap, kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya dengan sepenuh hati.  Jangan terpaku, yang meski secara kasat mata di perhadapkan pada ujian, kesesakan, penderitaan, aniaya dan sebagainya, tidak larut dalam kekuatiran:  "-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  (2 Korintus 5:7).  Perhatikan juga riwayat perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.  Meski harus melewati padang gurun yang gersang dan panas selama 40 tahun, mereka tidak pernah berkekurangan.  Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang ajaib:  tiang awan dan tiang api senantiasa menaungi mereka, ketika haus Tuhan menyediakan air, ketika lapar Dia mengirimkan manna (roti sorga) dan juga burung puyuh.

     Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada di 'padang gurun'.  Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita!  Jangan lagi kuatir!  Yang terpenting,  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).

Ketika mengutamakan Tuhan dan kebenarannya, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan!

SIAPA ORANG-ORANG TERDEKAT KITA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2011 -


Baca:  Amsal 27:17

"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  Amsal 27:17

Jika memperhatikan pergaulan anak-anak muda sekarang, terlebih di kota-kota besar, hati terasa miris.  Maraknya pergaulan bebas, pesta narkoba, 'dugem' dan sebagainya adalah dampak dari pertemanan yang dibangun dengan orang-orang yang 'salah'.  Apa dan siapa yang ada di dekat kita setiap hari akan membentuk pola pikir, sifat dan bahkan menentukan masa depan kita.  Jika yang mengelilingi kita adalah orang-orang yang tepat dan benar, maka sifat-sifat dan kebiasaan mereka akan mewarnai hidup kita.  Sebaliknya, jika orang-orang jahat dan 'amburadul' yang merupakan sahabat kita, di mana kita menghabiskan sebagian besar waktu bersama, maka lambat laun kita pun akan menjadi serupa dengan mereka.  Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihatkan,  "Janganlah kamu sesat:  Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Pergaulan yang salah dapat merusak dan menghancurkan masa depan seseorang, bahkan membawanya semakin jauh dari jalan-jalan Tuhan.  Karena itu jika ingin berhasil kita harus selektif memilih orang-orang yang akan kita jadikan sahabat atau orang terdekat kita.

     Mengapa kita harus membangun hubungan dengan orang-orang yang tepat?  Karena untuk berhasil kita membutuhkan panutan, dan yang layak menjadi panutan bagi kita sudah pasti adalah orang-orang yang berhasil dalam hidupnya.  Pertanyaannya:  apakah saat ini kita sedang dikelilingi oleh orang-orang yang membuat kita makin maju, makin bersemangat, makin berwawasan luas, makin setia melayani Tuhan dan makin menujukkan grafik peningkatan?  Jika ya, belajarlah dari mereka dan teladanilah pola hidupnya, karena untuk maju dan berhasil kita memerlukan orang-orang yang lebih berhasil, lebih pintar dan memiliki nilai lebih di penilaian kita.  Maksudnya supaya mereka dapat mendorong kita untuk maju, bukan melemahkan atau memberi dampak buruk bagi kita.  Salomo mengatakan,  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20).

     Betapa pentingnya memiliki sahabat atau teman yang tepat, serta memiliki pergaulan dengan orang-orang yang tepat pula, karena apa yang kita lihat dan kita dengar akan mendorong kita meraih keberhasilan.  Sebaliknya, kalau teman-teman kita adalah orang yang nakal, tidak tertib hidupnya, orang yang putus asa, berperilaku buruk dan memalukan, apa yang kita dapatkan dari mereka?

Karena itu jangan sembrono memilih teman.

Kamis, 07 April 2011

JANGAN MENILAI ORANG KARENA PENAMPILAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 April 2011 -

Baca:  Matius 7:1-5

"Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  Matius 7:2

Adalah hal yang wajar jika manusia menilai sesamanya berdasarkan penampilan luarnya atau apa yang terlihat oleh mata, sampai-sampai ada istilah cinta pada pandangan pertama:  ketertarikan terhadap seseorang saat pertama jumpa yang pastilah didasari oleh penilaian dari penampilan luar.  Acapkali penampilan seseorang adalah cerminan dari pribadi atau keadaan orang yang bersangkutan.  Semisal saat ia sedang gembira, sedih, semangat, frustasi atau putus asa pasti akan terlihat dari penampilannya.  Kadangkala dari sorotan mata saja seseorang bisa dinilai, apakah ia orang yang sombong atau punya niat yang tidak baik seperti tertulis:  "Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa."  (2 Petrus 2:14a).  Atau mungkin kita berkata,  "Ah, aku tidak suka dengan orang itu, dari raut mukanya saja sudah terlihat kalau dia itu judes atau jahat."  Singkat kata, kita begitu gampangnya menilai atau mengomentari seseorang seperti layaknya kita menilai sebuah buku berdasarkan sampul atau cover-nya.

     Penilaian kita terhadap seseorang bisa saja salah.  Maka dari itu firman Tuhan melarang kita untuk menghakimi atau mengukur orang lain dengan ukuran kita, apalagi berdasarkan penampilan luarnya.  Yang berhak menilai manusia itu Tuhan, bukan sesamanya, karena ukuran kita menilai orang berbeda dengan penilaian Tuhan.  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;  manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Dalam kotbahnya Tuhan Yesus menasihati agar kita tidak terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang lahiriah (penampilan luar).  Berkenan dengan hal ini Tuhan Yesus menegur keras orang-orang Farisi,  "...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran... di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."  (Matius 23:27:28).  Ternyata penampilan luar seringkali menipu!

     Memang kita tidak boleh meremehkan penampilan, namun itu bukan yang utama.  Alkitab dengan tegas melarang kita untuk menilai, menghakimi atau mengukur seseorang berdasarkan penampilan luarnya.  Yang berhak menilai seseorang adalah Tuhan, bukan kita.

Tugas kita adalah mengasihi dan memberkati sesama kita!

Rabu, 06 April 2011

MELAYANI TUHAN: Ada Mujizat Dialami

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 April 2011 -

Baca:  2 Raja-Raja 4:8-37

"Berkatalah perempuan itu kepada suaminya:  'Sesungguhnya aku sudah tahu bahwa orang yang selalu datang kepada kita itu adalah abdi Allah yang kudus.' "  2 Raja-Raja 4:9

Berbicara tentang pelayanan, tidak semua orang Kristen memberikan respons yang positif;  ada yang suka dan ada pula yang tidak suka.  Ada yang berkata,  "Buat apa repot-repot ikut pelayanan di gereja, sudah capai tidak ada untungnya.  Lebih baik di rumah nonton TV atau kerja lembur di kantor atau jaga toko, ada pemasukan.  Ke gereja tiap minggu saja sudah lebih dari cukup."  Tapi ketika sedang dalam kesukaran atau mengalami masalah yang berat kita baru merasakan betapa kita sangat membutuhkan Tuhan;  kita mencari Tuhan dengan linangan air mata:  "Tuhan tolong pulihkan keluargaku.  Tuhan tolong sembuhkan sakitku.  Nanti kalau sudah sembuh aku akan melayani Tuhan dengan sungguh."  Kepada jemaat di Korintus Paulus menasihatkan,  "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!  Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1 Korintus 15:58).  Ayat ini menegaskan bahwa setiap jerih payah, pengorbanan, kesetiaan dan ketekunan kita terhadap perkara-perkara rohani tidak pernah sia-sia.

     Mari kita membuka mata rohani dan belajar dari kehidupan perempuan Sunem.  Ia mengalami mujizat dari Tuhan karena ia melayani dan menghormati nabi Allah (Elisa) dengan baik.  Tertulis:  "Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang kecil yang berdinding batu, dan bailah kita menaruh di sana baginya sebuah tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi, dan sebuah kandil, maka apabila ia datang kepada kita, ia boleh masuk ke sana.  Pada suatu hari datanglah ia (Elisa-Red.) ke sana, lalu masuklah ia ke kamar atas itu dan tidur di situ."  (2 Raja-Raja 4:10-11).  Ini menunjukkan bahwa perempuan Sunem ini mengasihi Tuhan dan mengutamakan Dia.  Karena melayani Tuhan dengan sungguh ia menerima nubuatan yaitu ia akan memiliki anak.  Dan nubuatan itu terjadi!  (2 Raja-Raja 4:16-17).

     Ada dampak yang luar biasa bagi orang-orang yang mengasihi dan melayani Tuhan:  mujizat, berkat dan pemulihan.  Ketika anaknya sakit dan dinyatakan sudah mati, Tuhan pun sanggup menyembuhkannya.  Oleh karena itu, tetaplah setia dan jangan pernah merasa lelah untuk melayani Tuhan, karena pertolongan dari Tuhan pasti dinyatakan atas kita.

Selagi ada kesempatan, jangan pernah sia-siakan!

Selasa, 05 April 2011

TUNANGAN KRISTUS YANG BERKENAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 April 2011 -

Baca:  2 Korintus 11:1-6

"Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi.  Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki dan membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus."  2 Korintus 11:2

Sebelum memasuki jenjang pernikahan kudus biasanya pasangan pria-wanita mengadakan pertunangan terlebih dahulu sebagai tanda ikatan kasih mereka.  Dalam menjalani masa-masa pertunangan itu pria-wanita harus bisa menjaga hidupnya agar tetap kudus samai pernikahan itu tiba.  Begitu pula setiap orang percaya atau jemaat Tuhan adalah calon mempelai Kristus.

     Paulus menyatakan bahwa kita telah dipertunangkan dengan Kristus.  Kita adalah mempelai wanita yang akan bertemu dengan mempelai laki-laki di dalam pesta kawin Anak Domba.  Sebagaimana seperti seseorang yang sudah dipertunangkan dengan orang lain, maka calon mempelai perempuan harus bisa menjaga diri dan kuat menghadapi segala godaan yang ada.  Ia harus fokus kepada pasangannya dan tidak boleh bercabang hati.  Jangan sampai di masa-masa penantiannya ia terpikat dan berpaling kepada yang lain.  Karena kita telah dipertunangkan dengan Kristus kita pun harus menjadi tunangan yang setia, jangan sampai kita tertipu dan disesatkan oleh kuasa-kuasa lain di luar Tuhan yang membuat kita semakin jauh dari Tuhan.  Inilah yang dikuatirkan Paulus:  "Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya."  (2 Korintus 11:3).  Berhati-hatilah!  Jangan sampai hati kita berpaling pada dunia ini dan membuat hati Tuhan cemburu.  "...Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?  Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).  Kita tahu bahwa di dunia ini banyak sekali penyesat-penyesat yang dapat saja menghancurkan keluarga-keluarga Kristen, studi, bisnis dan bahkan juga pelayanan.

     Sebagai tunangan Kristus mari kita tetap setia dan menjaga kekudusan sambil menanti-nantikan kedatanganNya sebagai mempelai laki-laki yang tidak akan lama lagi.  Ingatlah, kita sudah dikuduskan dan ditebus oleh darah Kristus di atas kayu salib, berarti kita sudah sepenuhnya menadi milikNya.

Jagalah hidupmu agar tak bercacat cela, sehingga ketika mempelai laki-laki itu datang Dia tidak berkata,  "...sesungguhnya aku tidak mengenal kamu."  (Matius 25:12).

Senin, 04 April 2011

SERUKAN KEMENANGAN DARI TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 April 2011


Baca:  Yohanes 16:16-33

"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.  Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."  Yohanes 16:33

Tuhan Yesus sudah lebih dahulu menyatakan bahwa selama kita hidup di dunia ini kita akan dihadapkan pada masalah dan kesukaran.  Namuun sebagai orang percaya kita tidak perlu takut dan cemas, karena tiap-tiap kita yang ada di dalam Kristus mempunyai jaminan kemenangan.

     Tuhan Yesus telah mengalahkan segala jenis masalah yang ada melalui karya penebusanNya di atas Golgota.  Dosa, kutuk, sakit-penyakit, perbudakan dan sebagainya telah dikalahkanNya.  Tertulis demikian:  "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:  'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!' "  (Galatia 3:13).  Jadi kita yang ada di dalam Kristus tidak berada di pihak yang kalah, melainkan sebagai orang-orang yang menang.  "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).  Ketika kita menjadikan Yesus sebagai Tuhan dari kehidupan kita, kita sedang dilahirkan dalam kemenangan karena Yesus telah mengalahkan dunia ini.  Oleh karena itu kita harus senantiasa menyerukan kemenangan itu setiap hari di manapun kita berada dan kemana pun kita melangkah.  Serukan kemenangan itu melalui pujian kita.  Sudahkah hari-hari Saudara dipenuhi dengan puji-pujian bagi Tuhan?  Ataukah hari-hari kita diwarnai dengan kemurungan dan keluh kesah?  Sekarang ini bukanlah waktu untuk meratap dan mengasihani diri sendiri tentang segala sesuatu yang terjadi.  Mari kita belajar dari pemazmur yang senantiasa memuji-muji Tuhan di setiap waktu:  pagi hari, tengah hari dan di malam hari.  Pemazmur berkata,  "Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya.  Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama Tuhan."  (Mazmur 113:2-3).

     Jika kita jarang sekali memuji Tuhan, mulailah dari sekarang.  Serukan kemenangan melalui pujian saat berangkat ke kantor, membuka toko atau pulang bekerja.  Iblis sangat tidak tahan mendengar puji-pujian yang dinaikkan oleh orang percaya!  Sudah waktunya melangkah dan bertindak dengan iman, mengalami firman dan mengimani janji-janji Tuhan.  Bila Iblis mulai menggoncang kita dengan masalah dan tekanan-tekanan jangan menyerah dan melarikan diri.

Serukan kemenangan dalam nama Yesus setiap saat, Iblis bertekuk lutut tak berdaya!

Kamis, 31 Maret 2011

Allah Peduli

Posted on by saatteduh

- Diambil dari Renungan Gereja Kristen Yesus Jemaat Green Ville -

Bacaan Alkitab hari ini: 2 Raja-raja 6
Allah peduli dengan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Allah peduli terhadap murid Elisa yang miskin (sehingga untuk sebuah kapak saja dia harus pinjam kepada orang lain). Peristiwa itu menunjukkan kepedulian Allah terhadap diri kita.

Rumah yang ditempati rombongan nabi terlalu sesak dan tidak nyaman untuk hidup bersama (6:1) karena murid Elisa semakin lama semakin banyak. Elisa bersama murid-muridnya pergi mengambil balok dari pohon-pohon di tepi sungai Yordan sebagai bahan dasar untuk bangunan rumah mereka. Ketika seorang murid Elisa sedang menebang sebatang pohon, jatuhlah mata kapaknya ke dalam air. Kemudian Elisa melemparkan sepotong kayu, maka mata kapak itu timbul dan murid itu dapat mengambilnya (6:6-7) serta mengembalikan kapak itu kepada pemiliknya.
Peristiwa mengenai kapak pinjaman yang tenggelam di sungai Yordan (6:1-7) merupakan peristiwa sederhana yang diapit oleh dua peristiwa besar, yaitu peristiwa penyembuhan Naaman, panglima raja Aram yang berpenyakit kusta (pasal 5), dengan peristiwa peperangan Israel melawan bangsa Aram (6:8-23). Mengapa peristiwa sederhana seperti itu dicatat dalam Kitab Suci? Jawabannya adalah karena Allah peduli terhadap orang kecil dan sederhana yang membutuhkan pertolongan-Nya.
Allah mempedulikan Anda. Siapa pun Anda, bila Anda berseru kepada-Nya saat Anda merasa tidak berdaya dan menemui jalan buntu, Allah akan mendengarkan keluh kesah Anda. Anda akan dikuatkan dalam menghadapi pergumulan dan Anda akan menemukan jalan keluar yang tepat pada waktunya sesuai dengan rencana-Nya yang kekal. Berharaplah terus kepada-Nya, maka Anda akan dipuaskan. [Souw]

Roma 8:28
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Rabu, 30 Maret 2011

PERHATIKAN DAN AWASILAH HIDUPMU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Maret 2011

Baca:  1 Timotius 4:11-16


"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.  Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau."  1 Timotius 4:16

Kata awas berarti suatu peringatan agar kita berhati-hati.  Bukankah kita sering menjumpai kata-kata peringatan semacam ini tertulis di mana-mana?  Di jalan raya misalnya:  "Awas ada tikungan;  Awas ada perbaikan jalan;  Awas banyak anak sekolah" dan sebagainya.  Ada pula yang lebih ekstrem lagi,  "Awas ada anjing galak!".  Itu semua berarti kita harus memperhatikan peringatan ini dengan sungguh, sebab bila kita melanggarnya pasti sangat membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.

     Firman Tuhan menasihati agar kita mengawasi diri sendiri terlebih dahulu, bukan orang lain.  Memang, pekerjaan yang mudah adalah kita mengawasi, mengamat-amati, menilai, mengoreksi kelemahan serta menghakimi orang lain.  Sebaliknya untuk mengawasi diri sendiri atau bercermin pada diri sendiri tidak semua orang mau melakukannya.  Tetapi rasul Paulus mengingatkan demikian,  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri;  maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."  (Galatia 6:4).

     Berdasarkan ayat nas di atas ada 2 hal yang harus kita awasi:  diri kita sendiri dan juga ajaran yang kita terima.  Apa saja itu?  Paulus berkata,  "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12b).  Bagaimana dengan perkataan kita?  Yang kita perkatakan menunjukkan siapa kita.  Kata-kata firman yang membangun, menguatkan dan memberkati orang lain, ataukah kata-kata sia-sia yang terlontar (umpatan, kutuk dan sebagainya).  Bagaimana dengan tingkah laku kita?  Apakah selama ini tingkah laku kita sudah sesuai dengan firman Tuhan atau malah jadi batu sandungan bagi orang lain?  Begitu pula dalam hal kasih, kesetiaan dan juga kesucian.  Kalau kehidupan kita sudah baik dan berkenan kepada Tuhan barulah kita boleh mengawasi orang lain!  Sedangkan hal ajaran berbicara tentang apa pun yang kita terima dan dengar, apakah firman Tuhan atau ajaran-ajaran lain.  Akhir-akhir ini banyak sekali ajaran-ajaran yang menyesatkan.  Bila kita tidak berakar kuat di dalam firman Tuhan, kita akan mudah tersesat. 

Mari kita koreksi hidup kita, supaya hidup kita menjadi teladan!

Selasa, 29 Maret 2011

MENABUR DENGAN SUKACITA, MENUAI YANG BAIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2011

Baca:  2 Korintus 9:6-15
"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  2 Korintus 9:7

Setiap orang yang menanam benih pasti berharap pada saatnya ia akan mendapatkan panenan.  Tapi seringkali terjadi kita menanam benih yang baik, tetapi mengapa hasil panen kita menjadi berasa masam?  Ini seperti tertulis:  "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya?  Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?"  (Yesaya 5:4).  Jika demikian halnya, adakah yang salah dengan taburan kita?  Mungkin kita berkata,  "Aku sudah banyak menolong orang lain;  aku jadi donatur pembangunan gereja.",  dan lain-lain.  Sedikit motivasi kita saat menanam atau menabur benih tersebut!

     Kalau kita menabur dengan hati yang tidak baik:  bersungut-sungut, sedih hati, terpaksa dan memiliki motivasi yang salah, hasil tuaian kita juga tidak baik.  Sikap hati kita saat menabur adalah penentu bagi benih yang kita taburkan.  Seorang janda miskin memberikan dua peser uangnya ke dalam peti persembahan dan persembahannya itu menyenangkan hati Tuhan.  Memang jumlah benih yang ditabur janda itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan persembahan orang kaya, tapi ia memberinya dengan sepenuh hati dan dari seluruh nafkahnya.  Benih yang baik, hati yang baik dan motivasi yang baik akan menghasilkan tuaian yang baik pula.  Banyak orang Kristen yang ingin diberkati melimpah tapi tidak mau menabur dan suka menunda-nunda waktu untuk menabur dengan berkata,  "Penghasilanku pas-pasan, aku belum bisa memberi;  aku belum digerakkan oleh Roh Kudus."  dan sebagainya.  Itu hanyalah alasan bagi orang-orang yang tidak mau menabur atau sengaja menghindarkan diri dari hukum menabur.

     Orang yang malas menabur jangan pernah berharap tuaian!  Apabila kita ingin menanam atau menabur, milikilah hati yang baik.  Setiap kita pasti tidak ingin menuai buah yang masam, bukan?  Penabur benih yang baik pada saatnya akan menuai hasil yang baik pula.

"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  Amsal 3:9-10

Sabtu, 26 Maret 2011

Keberuntungan

Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net)

Baca: Yeremia 32:36-44
Ayat Mas: Sebab beginilah firman TUHAN: Seperti Aku mendatangkan kepada bangsa ini segenap malapetaka yang hebat ini, demikianlah Aku mendatangkan ke atas mereka keberuntungan yang Kujanjikan kepada mereka. Yeremia 32:42

Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 7-9

Banyak orang rela membayar mahal untuk mendapat nomor cantik bagi telepon atau plat mobilnya. Nomor cantik disukai karena unik dan mudah diingat, tetapi ada pula yang meyakini nomor itu bisa membawa keberuntungan! Seorang pria di Hongkong rela membayar lebih dari lima ratus juta rupiah untuk membeli plat mobil bernomor CCUE (baca: see see you yee). Dalam bahasa Kanton, kata-kata itu berarti “semua berjalan menurut keinginan seseorang”. Pemiliknya percaya, jika mengendarai mobil berplat nomor itu, keberuntungan menyertainya ke mana pun ia pergi. Alkitab menyaksikan bahwa keberuntungan datang bukan dari nomor, barang, atau situasi tertentu. Tidak ada hari baik atau hari buruk. Waktu kota Yerusalem hancur karena perang, kelaparan, dan penyakit (ayat 36), Tuhan menegaskan semua itu terjadi bukan karena mereka tertimpa nasib sial, melainkan karena Tuhan murka. Umat tidak lagi hidup taat kepada Tuhan (ayat 37). Tuhan berjanji kelak mereka akan diberi hati yang takut akan Tuhan (ayat 40). Jika umat kembali taat, pasti keberuntungan akan datang (ayat 42). Pemulihan terjadi. Tanah tandus akan menjadi ladang subur yang diperebutkan orang (ayat 43,44). Apa yang tadinya merugikan bisa diubah Tuhan jadi menguntungkan! Masihkah Anda percaya bahwa benda tertentu—semisal: roti atau air anggur perjamuan, bisa membawa keberuntungan? Masihkah Anda mencari “hari baik” saat hendak menentukan hari pernikahan? Di dalam Kristus, tidak ada hari yang layak disebut hari buruk atau nasib sial. Jika kita taat pada Tuhan, setiap hari adalah hari keberuntungan!

Keberuntungan ada di tangan Tuhan kita; tersedia bagi mereka yang menggenggam tangan-Nya

Kamis, 24 Maret 2011

SUKA MEMBERI ATAU SUKA MENERIMA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Maret 2011

Baca:  2 Korintus 9:6-15

"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  2 Korintus 9:6

Memiliki kasih dan suka memberi adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.  Jika ada orang Kristen yang tidak punya kasih, pelit dan tidak suka memberi berarti belum melakukan kehendak Tuhan, padahal firmanNya jelas menyatakan,  "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38)

     Orang Kristen yang tidak punya kasih dan tidak pernah memberi kepada orang lain tak ada bedanya dengan keberadaan Laut Mati.  Laut Mati adalah danau atau laut yang airnya tidak dapat diminum karena telah terkontaminasi dan berbau busuk. Kandungan garam di Laut Mati sangat tinggi dan bisa dikatakan bahwa Laut Mati adalah salah satu lingkungan yang paling tidak ramah di dunia.  Ikan-ikan tidak dapat bertahan hidup di sana.  Secara geografis Laut Mati dialiri oleh sungai Yordan yang bermuara ke laut ini, namun tidak seperti danau lain, Laut Mati tidak memiliki saluran ke luar;  laut ini hanya terus menampung air sungai sehingga semua air segar yang mengalir ke dalamnhya lambat laun menjadi busuk.

     Itulah gambaran yang tepat mengenai orang yang hidup mementingkan diri sendiri;  orang yang selalu mengharapkan untuk diberi tetapi tidak suka memberi.  Bila kita hanya suka menerima, selalu mengambil tetapi tidak pernah memberi, lama-kelamaan kehidupan kita akan berbau busuk:  masam, egois, tidak menyenangkan dan selalu berpikiran negatif terhadap orang lain.  Itu adalah dampak dari tidak adanya hal yang mengalir keluar dari dirinya.  Dunia berprinsip bahwa untuk menjadi kaya atau cara memperoleh harta adalah dengan menghemat sedemikian rupa dan menerima.  Sedangkan prinsip firman Tuhan adalah kebalikannya.  Di dalam Kerajaan Allah justru orang yang diberkati adalah orang yang menyebar dan menabur hartanya.  Tertulis:  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan."  (Amsal 11:24) dan  "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."  (2 Korintus 9:6).  Tuhan menciptakan kita untuk menjadi seperti sungai yang terus-menerus mengalir.

Janji Tuhan itu unik, ia hanya dapat dipahami apabila dipraktekkan.

Rabu, 23 Maret 2011

BERKAT SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Maret 2011  

Baca:  Galatia 4:1-11

"Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;  jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  Galatia 4:7

Kita sering membaca berita di koran dan melihat tayangan di televisi kasus ibu yang tega membuang bayinya sendiri di tong sampah atau kardus.  Kok bisa ya?  Beruntung jika bayi yang dibuang itu ditemukan orang dalam keadaan hidup;  jika tidak?  Dan biasanya bayi-bayi tersebut akan diserahkan ke panti-panti asuhan anak untuk diasuh.  Adalah berbahagia jika ada orangtua asuh yang mengadopsi atau mengangkatnya sebagai anak.

     Musa adalah anak yang dilahirkan oleh orangtua Israel pada masa pemerintahan Firaun.  Suatu masa yang sangat sulit di mana bangsa Israel sedang berada dalam penindasan bangsa lain yaitu Mesir.  Pada waktu itu Firaun juga membuat perintah yang benar-benar di luar batas kemanusiaan yaitu agar semua bayi laki-laki Israel dibunuh.  Itulah sebabnya Yokhebed, ibu Musa, memikirkan rencana bagaimana menyelamatkan bayinya.  Bayi Musa itu pun dihanyutkan ke sungai dalam sebuah keranjang, dan akhirnya puteri Firaun mengambil Musa kecil itu dan mengangkatnya sebagai anak.  Lalu, puteri Firaun memberikan bayi alaki-laki itu kepada Yokhebed untuk disusui.  Dua wanita (puteri Firaun dan Yokhebed) dipakai Tuhan untuk menyelamatkan hidup Musa.

     Sebagai orang percaya, Alkitab berkali-kali menegaskan bahwa kita telah diangkat sebagai anak-anak Allah sehingga kita dapat berseru kepada Allah dan memanggil Dia,  "Abba, Bapa!".  (Baca Roma 8:15).  Kita yang dahulu hidup dalam perbudakan dosa kini telah dibebaskan melalui pembenaran dalam karya kudus Kristus di kayu salib.  Kita dinyatakan benar oleh pengorbanan Kristus sehingga Allah mengangkat kita menjadi anak-anakNya.  Secara Alkitabiah, pengangkatan anak adalah tindakan Allah di mana seseorang yang telah diperbaharui Roh Kudus diubah dan dibenarkan, kemudian dipindahkan ke dalam persekutuan orang yang ditebus dalam keluarga Allah.  Sebagai anak Allah banyak sekali berkat tak terbatas yang menjadi bagian kita tidak hanya di waktu sekarang, tetapi juga untuk waktu yang akan datang ketika Kristus kembali, di mana kita akan memerintah bersamaNya sebagai ahli waris Kerajaan Allah.

Karena status sebagai anak, kita pun beroleh kasih karunia Tuhan dan berhak mendapatkan pertolongan ketika kita membutuhkan;  Bapa juga bernjanji tidak akan meninggalkan atau mengabaikan kita (baca Ratapan 3:31-32).

Selasa, 22 Maret 2011

LAKUKAN SEGALA SESUATU DENGAN SEPENUH HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2011

Baca:  Kolose 3:23-25 

"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  Kolose 3:23

Ayat nas di atas menasihatkan agar kita melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, baik itu pekerjaan, pelayanan, studi, hidup berkeluarga, ibadah dan sebagainya, bukan dengan keluh kesah, gerutu atau persungutan.  Di tempat kerja ada saja hal yang kita keluhkan, mulai gaji, job description yang tidak jelas, si bos yang bertindak semena-mena dan sebagainya.  Akibatnya kita pun mengerjakan setiap tugas atau pekerjaan kita tidak dengan sepenuh hati alias nggrundel (bahasa Jawa) dalam hati, artinya bersungut-sungut.  Begitu juga dalam hal pelayanan, kita pun melakukannya sebagai hal yang rutin, biasa-biasa saja tanpa semangat. Sesungguhnya Tuhan Yesus telah memberikan teladan bagi umatNya bagaimana Ia melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati.  Apa pun yang menjadi kehendak Bapa dikerjakanNya dengan sepenuh hati meski harus melewati segala penderitaan yang hebat, bahkan sampai harus mati di kayu salib.

     Kalau hari ini kita diingatkan oleh firman untuk melakukan seperti yang telah Yesus lakukan dan ajarkan itu berarti kita juga harus melakukannya dengan sepenuh hati, sebab  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Renungkanlah:  kalau dalam kehidupan ini kita tidak menghasilkan buah dari apa yang kita lakukan, bisa jadi karena kita melakukannya tidak dengan sepenuh hati.  Bila kita melakukan banyak hal tidak dengan sepenuh hati, maka hasil yang kita dapatkan pun tidak akan bisa maksimal.

    Mari kita koreksi diri kita masing-masing:  sudahkah kita melayani Tuhan dengan sepenuh hati?  Ketika memuji dan menyembah Tuhan apakah kita melakukannya dengan sepenuh hati?  Jangan pernah merasa bahwa pelayanan dan ibadah yang kita lakukan selama ini sudah lebih dari cukup, atau kita merasa sudah cukup rajin dan setia mengiring Tuhan.  Yang dinilai Tuhan bukanlah aktivitas yang terlihat dengan kasat mata tetapi Ia melihat hati kita;  kesepenuhhatian kita ketika melayani Dia, itulah yang dikenan Tuhan.  Ada upah yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang melayani Tuhan dengan sepenuh hati.  Contoh:  Kaleb, mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya meski perlu waktu selama 45 tahun.

Kita pun harus percaya bahwa janji firman Tuhan pasti digenapi, dan saat menantikan Tuhan itulah kita harus mengerjakan bagian kita dengan sepenuh hati.

Sabtu, 19 Maret 2011

MENGALAHKAN PENCOBAAN: Perkatakan Firman (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2011  

Baca:  Matius 4:1-11  

"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari firman yang keluar dari mulut Allah."  Matius 4:4

Selagi kita masih hidup di bumi ini kita harus siap menghadapi masalah demi masalah.  Daud berkata,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;  sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap."  (Mazmur 90:10).  Jadi kesukaran dan penderitaan adalah bagian dari kehidupan manusia di dunia.  Bukan hanya kita manusia yang lemah saja yang harus melewati ujian dan pencobaan hidup, Yesus pun harus mengalami pencobaan.  Namun Alkitab dengan jelas menyatakan,  "...Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa."  (Ibrani 4:15).  Melihat kondisi Yesus yang sedang lapar setelah berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam Iblis pun mengambil kesempatan untuk mencobai Yesus dengan tiga strategi yang telah dirancangnya.

     Strategi pertama.  Iblis tahu bahwa Yesus sedang lapar, karena itu Iblis menyuruh Yesus untuk melakukan mujizat itu, tapi Dia tidak mudah terkecoh dengan tipu daya Iblis sehingga Ia berkata dengan tegas,  "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.", walaupun pada saat itu secara jasmani Yesus sedang merasa lapar dan sangat membutuhkan makanan.  Mengapa Yesus berkata demikian?  Karena firman adalah dasar untuk kita percaya akan adanya mujizat, sebab  "Pada mulanya adalah Firman;  Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."  (Yohanes 1:1), dan karena firman Tuhan adalah makanan rohani yang memberikan kekuatan iman dalam hidup kita.  Bila menyadari akan hal ini kita tidak akan pernah meremehkan firman Tuhan yang kita baca atau pun dengar.

     Masih banyak orang Kristen yang datang beribadah dengan motivasi yang tidak benar, yang dikejar hanyalah berkat semata dengan berkata,  "Aku mau ibadah ke gereja, siapa tahu aku diberkati.  Aku mau jadi anggota jemaat di gereja yang besar itu supaya bisa cepat kaya seperti mereka."  Inilah bujuk rayu Iblis, membelokkan motivasi banyak orang.

FirmanNya jelas mengatakan,  "Tetapi carilah dahulu KerajaanAllah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).