Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2011
Baca: Ibrani 11:8-19
"Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal," Ibrani 11:17
Semua orang percaya tahu pasti bahwa kunci untuk mengalami berkat, kemenangan dan terobosan-terobosan dalam hidup adalah taat, artinya setia melakukan apa yang Tuhan kehendaki seperti Yesus, yang taat melakukan kehendak Bapa: "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39) dan Yesus juga mengatakan, "...sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." (Yohanes 5:30b). Bahkan Alkitab menegaskan bahwa Yesus "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8).
Jadi ketaatan adalah masalah yang tidak asing lagi bagi kita tapi merupakan suatu hal yang paling sulit untuk dilakukan, apalagi bila harus menaati sesuatu yang tidak kita sukai, tidak masuk akal atau bertentangan dengan keinginan dan harapan kita. Contohnya adalah Abraham. Ia diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan anak semata wayangnya, Ishak, sebagai korban persembahan. Menurut pikiran manusia permintaan Tuhan ini sangat tidak masuk akal dan tidak pernah terbayangkan oleh Abraham sebelumnya. Meski demikian Abraham mengerjakan apa yang Tuhan mau dengan penuh semangat dan tanpa keterpaksaan. Tertulis: "Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya." (Kejadian 22:3). Hal ini menunjukkan bahwa Abraham taat kepada Tuhan sepenuhnya tanpa ada bantahan atau argumentasi sedikit pun. Hati Abraham begitu bersukacita dalam menjalankan perintah Tuhan, sulit atau mudah, sesuai dengan harapan atau tidak. Intinya, Abraham hanya punya satu tujuan yaitu taat kepada Tuhan dan menyenangkan hatiNya.
Abraham taat tanpa mengajukan syarat apa pun. Yang menjadi fokus utamanya adalah Pribadi Tuhan, bukan pada apa yang telah ia miliki atau berkat yang telah ia terima dari Tuhan. Abraham tahu benar bahwa ketika ia taat menjalankan perintah Tuhan, hal-hal yang luar biasa di luar pemikirannya, disediakan Tuhan baginya. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar