dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.
Sekarang mata-Ku terbuka dan telinga-Ku menaruh perhatian kepada doa dari tempat ini.
Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.
( II tawarikh 7:14-16 )

Senin, 28 Februari 2011

RAJAWALI MEMBUBUNG TINGGI


– Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net), EDISI 28 February 2011
Baca: Yesaya 40:28-31
Ayat Mas: … orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik  terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yesaya 40:31)
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 23-24

Apa rahasia orang belajar berenang? Bagaimana mungkin dengan berat badan yang tidak ringan, seseorang bisa mengapung di air, bahkan bergerak maju dengan pelbagai gaya? Satu prinsip awal berenang ialah belajar “percaya” pada air. Jika kita “menyerah” pada air, tubuh kita akan menga-pung. Sebaliknya, jika kita “melawan” air, mengencangkan otot-otot sampai kaku, kita malah tenggelam. Itu kuncinya. Memercayakan diri kepada air.
Ayat 31 melukiskan tentang rajawali yang membubung tinggi. Rajawali memang suka terbang tinggi, seperti dilukiskan di Perjanjian Lama. Ia terbang dan membuat sarang di ketinggian (Yeremia 49:16; Obaja 4). Ia bisa naik ke gunung Libanon; mengambil puncak pohon aras yang tinggi sekali (Yehezkiel 17:3). Padahal di ketinggian, angin berembus kuat. Bagaimana rajawali dapat terbang dengan begitu ringan dan tenang? Rupanya ia punya cara jitu. Daripada melawan angin, ia memanfaatkannya untuk bergerak bersama tiupan angin. Ia “memercayakan” diri pada dorongan angin untuk maju. Jadi, sebenarnya ia bukan terbang, melainkan melayang di ketinggian. Melayang bukan dengan kekuatannya sendiri, melainkan dorongan angin.
Tatkala angin kesulitan hidup menghantam, apakah tanggapan kita? Mengeluh, mengaduh, geram, marah, berteriak, menuduh orang lain, menyalahkan Tuhan-itu yang lazim. Kita melawannya dengan kekuatan sendiri. Padahal percuma. Kita akan kelelahan. Terengah-engah dan frustrasi. Kesulitan yang kian besar justru harus menjadi “kendaraan” kita untuk kian berserah, memercayakan diri pada bimbingan Tuhan. Izinkan Roh-Nya membawa kita “melayang” di tengah embusan angin persoalan –PAD
KETIKA TANTANGAN HIDUP MEMBESAR PERBESARLAH KEPERCAYAAN KITA KEPADA-NYA

Sabtu, 26 Februari 2011

MANA YANG KAUPILIH: Berkat Atau Kutuk?


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2011 -

Baca:  Ulangan 11:8-32

"...aku memperhadapkan kepadamu pada hai ini berkat dan kutuk:  berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;  dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu,..."  Ulangan 11:26-28

Semua manusia di dunia ini, tanpa terkecuali, pasti ingin memiliki kehidupan yang diberkati, sehat dan penuh sukacita.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang baik, itulah yang disebut berkat.  Sebaliknya, tak seorang pun juga yang ingin hidup menderita, miskin, sakit-sakitan dan sebagainya.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang buruk, itulah yang disebut kutuk.  Berkat adalah lawan dari kutuk.  Jarak antara berkat dan kutuk hanya dibatasi oleh satu kata, yaitu ketaatan.  Mana yang kaupilih?  Berkat atau kutuk?  Pasti dengan serempak dan spontan kita akan menjawab,  "Berkat!"

     Bila kita renungkan ayat demi ayat, sebenarnya Tuhan memberi kebebasan kepada kita seluas-luasnya untuk membuat pilihan hidup.  Mana yang akan kita jalani?  Apakah kita memilih untuk menaati semua perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia, sehingga kita pun menolak untuk hidup taat kepada Tuhan, lebih memilih hidup menurut keinginan sendiri dan menyenangkan daging, tetapi pada akhirnya kita akan menerima kutuk sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan kita sendiri?  Mungkin kita berkata,  "Mustahil kita bisa hidup taat kepada Tuhan selama kita masih hidup di dunia ini."

     Tuhan sangat tahu kelemahan dan kekuarangan kita, dan karena itulah Dia menasihatkan,  "Berjaga-jagalah dan bedoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Kita diingatkan bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah;  ini adalah kenyataan hidup manusia yang sudah Tuhan ketahui.  Namun, itu bukanlah alasan bagi kita untuk hidup dalam ketidaktaatan.  KematianNya di atas kayu salib adalah bukti kasih dan kepedulian Tuhan kepada kita.  OlehNya segala kutuk dosa (sakit-penyakit, kemiskinan, kelemahan dan sebagainya) telah ditanggungNya.  Tuhan juga telah mengutus Roh Kudus untuk menolong kita sehingga kita dimampukan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.  Jika kita ingin menikmati berkat-berkat dari Tuhan, hanya ada satu pilihan yaitu taat! 

Keputusan sepenuhnya ada di tangan kita.  Mana yang Saudara pilih?

Jumat, 25 Februari 2011

JANJI TUHAN TIDAK PERNAH DIINGKARI


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 119:137-152

"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya."  Mazmur 119:140

Adalah hal yang biasa bila manusia seringkali mengecewakan sesamanya, salah satunya adalah perihal janji.  Berapa banyak dari kita yang kecewa oleh karena janji yang tidak tepati, atau ucapan yang tidak bisa dipegang kebenarannya?  Misalnya soal utang-piutang, begitu gampangnya seseorang berutang kepada orang lain, tapi untuk melunasinya?  Jarang sekali tepat waktu, janji tinggal janji dan berujung pada ingkar.  Itulah manusia!  Tapi kita patut bersyukur karena kita punya Tuhan yang tidak pernah ingkar terhadap apa pun yang dijanjikanNya.  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Contoh:  janji Tuhan untuk memberikan Tanah Perjanjian (Kanaan) kepada bangsa Israel sebagaimana Ia sampaikan kepada Abraham,  "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu."  (Kejadian 12:7).  Meskipun keturunan Abraham berlaku tidak setia, namun Dia tetaplah Tuhan yang setia pada janjiNya;  pada saat yang tepat digenapiNya.

     Bila kita baca dalam Bilangan pasal 34, dinyatakan bahwa batas-batas Tanah Perjanjian itu disampaikan oleh Tuhan sendiri kepada Musa,  "Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka:  Apabila kamu masuk ke negeri Kanaan, maka inilah negeri yang akan jatuh kepadamu sebagai milik pusaka, yakni tanah Kanaan menurut batas-batasnya."  (Bilangan 34:2), bahkan Tuhan sendiri yang menentukan dan meilih orang-orang yang bertugas untuk membagi tanah itu.

     Bila saat ini kita sedang dalam kesesakan dan penderitaan, jangan menjadi lemah dan tawar hati.  Sebaliknya, tetaplah fokus pada janji Tuhan karena Dia Tuhan yang tidak pernah berubah, dahulu sekarang dan sampai selama-lamanya.  Ia adalah Tuhan yang setia;  Ia setia kepada firmanNya dan setia kepada janjiNya.  Tuhan hanya menghendaki kita tetap taat, tekun dan setia melakukan semua perintahNya.  Itulah bagian yang harus kita kerjakan!  Pemazmur berkata,  "Aku berseru dengan segenap hati;  jawablah aku, ya Tuhan!  Ketetapan-ketetapan-Mu hendak kupegang.  Aku hendak berpegang pada peringatan-peringatan-Mu."  (Mazmur 119:145-146b).

Mari kita hidup dalam ketaatan, dan pada saatnya Tuhan akan mengerjakan bagianNya yaitu menepati janjiNya atas kita!

Kamis, 24 Februari 2011

YESUS KRISTUS: Berkuasa Dalam Segala Perkara



Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2011 -

Baca:  Kolose 3:12-17

"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."  Kolose 3:17

Bukti kasih terbesar Bapa bagi umat manusia adalah diberikanNya Yesus Kristus.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Bagi kita yang percaya kepadaNya, Yesus menjadi milik kita.  Adalah berbahagia kita memiliki Yesus dalam hidup ini.

     Begitu berartikah nama Yesus?  Nama Yesus bukanlah sembarang nama.  Oleh sebab itu kita harus menguduskan nama Yesus dan jangan sekali-kali menyebut nama Tuhan Yesus dengan sembarangan.  Di dalam Kisah 4:12 ditegaskan bahwa,  "...keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  Jadi nama Yesus itu sangat berkuasa atas hidup kita.  Jangan pernah merasa malu menyebut nama Yesus di hadapan orang, apalagi sampai menyangkal nama Yesus.  Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.  Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan Bapa-Ku yang di sorga.  Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 10:32-33).

     Selain namaNya yang berkuasa, Alkitab juga menyatakan bahwa darah Yesus juga sangat berkuasa.  Tertulis:  "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman."  (Yohanes 6:54).  Darah ini berbicara tentang pengampunan dosa, karena  "...darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."  (1 Yohanes 1:7), sehingga  "...oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,"  (Ibrani 10:19-20).  Luar biasa!  Nama Yesus sangat berkuasa dan darahNya yang tercurah di atas kayu salib memberikan jaminan keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita yang percaya!

Karena itu beritakanlah Dia kepada yang lain!

Rabu, 23 Februari 2011

TIDAK ADA TAAT 50%


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2011 -

Baca:  Bilangan 33:50-56

"maka haruslah kamu menghalau semua penduduk negeri itu dari depanmu dan membinasakan segala batu berukir kepunyaan mereka;  juga haruslah kamu membinasakan segala patung tuangan mereka dan memusnahkan segala bukit pengorbanan mereka."  Bilangan 33:52

Tidak jauh berbeda dari renungan kemarin, ayat nas yang kita baca menegaskan bahwa Tuhan memerintahkan agar bangsa Israel menghalau semua penduduk lokal yang menempati tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan untuk menjadi milik kepunyaan bangsa Israel.

     Mengapa mereka harus dihalau?  Karena perbuatan penduduk lokal di situ sangat jahat dan biadab seperti dikatakan oleh pemazmur,  "Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat, dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah."  (Mazmur 106:37-38).  Jadi mereka memiliki kebiasaan mempersembahkan korban kepada dewa-dewa dan hidup dalam kenajisan.  Oleh karena itu Tuhan memperingatkan bangsa Israel dengan keras,  "...jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan menyesatkan kamu di ngeri yang kamu diami itu."  (Bilangan 33:55).

     Semua penduduk lama yang mendiami Kanaan harus dimusnahkan tanpa terkecuali;  jika tidak, bangsa Israel akan terkena dampak yang tidak baik di kemudian hari.  Namun ternyata bangsa Israel tidak taat sepenuhnya kepada Tuhan.  Mereka tetap berkompromi dengan tidak memusnahkan semua penduduk lama itu.  Akibatnya, perlahan tapi pasti, pengaruh dari kebiasaan-kebiasaan dosa yang dibuat penduduk itu merasuk dan memberi dampak yang luar biasa.  Firman Tuhan berkata,  "Janganlah kamu sesat:  Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).

     Tuhan menjanjikan 'Kanaan' kepada kita, suatu kehidupan yang penuh berkat dan pengharapan.  Namun berkat itu tidak akan dapat kita nikmati bila kita masih melakukan kebiasaan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan:  taat setengah-setengah!

Jangan sampai dosa menghalangi kita untuk menikmati janji-janji yang disediakan Tuhan!

Selasa, 22 Februari 2011

Cadangan Kekuatan Rohani

by saatteduh 

– Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net), EDISI 22 February 2011 –

Baca: Ulangan 8
Ayat Mas: Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini. Ulangan 8:18
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 6-8


Seorang mahasiswi bimbingan skripsi saya datang dengan muka sembab dan mata merah. Tampaknya ia habis menangis. Ketika saya tanya apa yang terjadi, ia menjawab bahwa seluruh tulisan yang seharusnya hendak ia konsultasikan kepada saya, terhapus oleh virus di persewaan komputer. Saya mencoba menenangkan hatinya dan memberinya waktu lebih untuk mengetik ulang. Sebelum ia pergi, saya mengingatkannya untuk menduplikasi failnya di beberapa tempat dan menyimpannya dengan baik. Ia harus punya cadangan data.
Perbuatan-perbuatan Tuhan kepada nenek moyang Israel pada masa lalu selalu disimpan dalam ingatan mereka dan dicatat, untuk kemudian diteruskan oleh bangsa Yahudi kepada keturunan mereka. Pengalaman masa lalu ketika Tuhan pernah menuntun mereka keluar dari Mesir, melewati Sinai, dan memasuki Kanaan, merupakan cadangan kekuatan rohani yang—jika diingat kembali—akan menguatkan generasi yang tidak mengalami langsung kejadian-kejadian tersebut (ayat 11). Selain itu, ingatan akan kedahsyatan Tuhan akan membuat Israel tidak memegahkan diri atas kebesaran yang mereka capai, tetapi hanya karenaTuhan (ayat 17,18).
Kita tak boleh lupa menyimpan cadangan kekuatan rohani. Cadangan yang berisi pengalaman dan kemenangan rohani bersama Tuhan adalah ”fail” yang patut disimpan di ingatan dan catatan. Maka, penting jika setiap kali selesai berwaktu teduh, kita menuliskan hal-hal yang penting untuk diingat. Hingga ketika hidup jadi berat, ingatan dan catatan itu akan memberi kekuatan rohani saat dibaca kembali.

INGAT-INGATLAH KEBAIKAN TUHAN KALA KITA MENCARI KEKUATAN DI TENGAH PERGUMULAN

 

Senin, 21 Februari 2011

Percaya dengan Segenap Hati

– Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net), EDISI 21 February 2011

Baca: Amsal 3:5,6
Ayat Mas: Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.
Ibrani 13:8


Seorang mahasiswa kehilangan sepeda motornya ketika tengah berkunjung ke indekos temannya. Si pemilik indekos, karena merasa ikut bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, menyarankan agar si mahasiswa menemui paranormal terkenal yang ada di daerah itu. Namun, mendengar saran itu, ia menjawab, “Ibu, saya menaruh percaya kepada Yesus. Saya lebih baik kehilangan sepeda motor saya daripada bertanya ke paranormal.”

Sebuah pernyataan yang tentu tak mudah dijalankan.
Penulis Amsal meminta kita menaruh percaya kepada Tuhan. Kata “percaya” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa seseorang atau sesuatu itu akan dapat memenuhi harapannya). Dengan demikian, percaya kepada Tuhan berarti yakin benar pada kemampuan Tuhan, bahwa Dia dapat memenuhi apa yang kita harapkan. Bahwa Dia dapat diandalkan, kapan pun dan di mana pun. Selanjutnya, penulis Amsal mengatakan bahwa percaya yang dimaksud adalah percaya dengan segenap hati. Artinya, percaya yang juga dibarengi dengan kehendak untuk memasrahkan diri secara penuh kepada maksud dan rencana Tuhan.
Percaya tentu memerlukan dasar. Penulis Ibrani mengatakan bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini, sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8). Ayat tersebut menjadi peneguhan bagi kita bahwa Yesus layak dipercaya dan diandalkan karena Dia tidak berubah. Jika demikian, dalam kehidupan kita sehari-hari—menjalankan bisnis, karier, pergaulan, kepemilikan atas sesuatu, kepada siapakah dan dalam apakah kita menaruh percaya?
KUASA KRISTUS LEBIH BESAR DARI SEGALA KUASA LAIN MAKA TAK USAH MENCARI PERTOLONGAN DI TEMPAT LAIN

Sabtu, 19 Februari 2011

IBADAH: Latihan Rohani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2011 -

Baca:  1 Timotius 4:1-16 

"Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  1 Timotius 4:8

Pada bulan November 2010 lalu bangsa-bangsa di benua Asia ambil bagian dalam kejuaraan olahraga terbesar se-Asia yaitu Asian Games di Guangzhou, Cina.  Tak terkecuali negara kita pun mengirimkan atlet-atlet terbaiknya di berbagai cabang olahraga:  ada atlet dari cabang tenis, bulutangkis, renang, balap sepeda, voli indoor dan sebagainya.  Sudah dipastikan bahwa setiap atlet atau olahragawan yang dikirim adalah orang-orang yang sehat dan bugar, karena mereka secara rutin berlatih dan melakukan olahraga setiap hari.  Tujuan berolah raga adalah supaya tubuh jasmani kita sehat dan kuat.

     Begitu juga dengan manusia 'rohani' kita, perlu dilatih secara teratur supaya kuat.  Bagaimana latihannya?  Yaitu melalui ibadah.  Beribadah adalah latihan untuk manusia rohani kita.  Karena itu  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  Olahraga dan ibadah itu sama-sama menjadikan diri kita kuat, tapi sasarannya berbeda;  yang satu semakin membuat tubuh jasmani kita kuat dan sehat, sedangkan ibadah membuat roh kita semakin kuat.

     Mari kita melatih manusia rohani kita lebih dari latihan badaniah kita.  Tubuh jasmani kita ini ada batasnya dan hanya bersifat sementara saja yaitu selama kita hidup di dunia ini.  Tapi dampak dari ibadah atau latihan rohani, sampai kepada kekekalan,  "...mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun hidup yang akan datang."  Ada berkat, damai, sejahtera, pemulihan, sukacita, kemenangan, terlebih lagi mahkota kehidupan dan sorga yang kekal telah disediakan Tuhan sebagai upah.  Mana yang menjadi prioritas kita?  Berdoa dengan tekun, membaca dan merenungkan firman Tuhan, serta memberikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan adalah program-program latihan rohani yang harus kita kembangkan setiap hari.  Kedatangan Tuhan sudah sangat dekat!

Jadikan ibadah kepada Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, lebih dari perkara-perkara jasmani yang ada di dunia ini!

Jumat, 18 Februari 2011

BAGI TUHAN TAK ADA YANG TAK MUNGKIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2011 -

Baca:  Hakim-Hakim 6:1-16

 "Berfirmanlah Tuhan kepadanya (Gideon - Red.):  'Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.' "  Hakim-Hakim 6:16

Suatu ketika bangsa Israel mengalami keterpurukan, selama tujuh tahun mereka dijajah oleh bangsa Midian,  "sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu."  (ayat 6a).  Mengapa hal ini terjadi?  Bangsa Israel memberontak kepada Tuhan;  mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, itulah sebabnya Tuhan mengijinkan kesesakan terjadi atas bangsa Israel.

     Selalu ada konsekuensi bila kita menyimpang dari jalan-jalan Tuhan.  Begitu perkasanya bangsa Midian sehingga bangsa Israel mengalami ketakutan yang luar biasa, sampai-sampai mereka harus bersembunyi di gua-gua dan kubu-kubu.  Meski demikian, ketika mereka berseru-seru kepada Tuhan, Ia pun tetap mengindahkannya dan memberikan pertolongan.  Lalu Tuhan mengutus malaikatNya untuk memanggil seorang muda yaitu Gideon, yang sedang mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur (karena ia juga sangat ketakutan terhadap bangsa Midian dan Amalek).  Secara manusia Gideon bukanlah orang yang gagah berani.  Ia juga seorang yang penakut dan tidak punya kemampuan yang bisa diandalkan.  Mana mungkin dia bisa memimpin bangsa Israel menghalau bangsa Midian dan juga Amalek?  Impossible!  Perhatikan firman Tuhan,  "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a) dan  "...apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,"  (1 Korintus 1:27).

     Bukankah hal sama juga terjadi pada Daud?  Siapa sangka Daud dipilih Tuhan untuk menjadi raja menggantikan Saul?  Gideon juga demikian, ia hanya berasal dari kaum yang paling kecil di antara suku Manasye dan termuda di antara kaum keluarganya.  Bila kita baca kisah Gideon lebih lanjut, terlihat betapa Tuhan memakai Gideon menjadi pahlawan Israel yang gagah perkasa dan sanggup mengalahkan bangsa Midian!  Apa pun keadaan kita saat ini, jangan pernah menyerah!  Tuhan selalu punya jalan keajaiban.  Dia sanggup mengubahkan segala sesuatu, dari keterpurukan menjadi kemenangan.  Dari hopeless menjadi hopeful!

Kita punya Tuhan yang kuasaNya tak terbatas, Dia yang menyertai kita senantiasa.

KERINDUAN DAUD KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 63:1-12

"Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair."  Mazmur 63:2

Mazmur 63 ini adalah ungkapan kerinduan Daud kepada Tuhan ketika ia berada di padang gurun Yehuda.  Apa yang dikatakan Daud ini bukan sekedar lips service atau di bibir doang, tetapi ungkapan ini benar-benar ke luar dari lubuk hatinya yang paling dalam.  Mengapa Daud sampai harus pergi ke padang gurun kalau hanya untuk mengungkapkan kerinduannya kepada Tuhan?  Bukankah ia seorang raja?  Tidak cukupkah ia mengungkapkan isi hatinya itu di dalam istananya yang megah, tanpa harus bersusah payah pergi ke padang gurun?  Bagi Daud, kerinduannya kepada Tuhan tak ternilai harganya, tidak bisa diukur dengan materi atau kemewahan yang ia miliki.  Ia pergi ke padang gurun untuk mengingat-ingat bagaimana Allah menyertai dan memberkati nenek moyangnya saat perjalanan menuju tanah perjanjian.  "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala."  (Mazmur 77:12).  Daud belajar untuk menjadi orang yang tidak sombong walau ia memiliki kedudukan tertinggi di Israel;  ia sadar bahwa semua itu karena Tuhan.

     Adakah kita memiliki kerinduan hati yang mendalam kepada Tuhan?  Kerinduan Daud kepada Tuhan tidak hanya digambarkan seperti tanah yang tandus dan kering, tetapi dilukiskan pula seperti rusa yang merindukan aliran sungai (baca Mazmur 42:2).  Seekor rusa pasti tidak dapat menahan diri apabila ia sudah haus akan air.  Bahkan rusa-rusa itu tidak peduli terhadap bahaya yang mengancam (mungkin ada binatang buas yang hendak menyerangnya) apabila ia sudah ingin menikmati kesejukan air sungai.  Begitu pula kerinduan hati Daud kepada Tuhan, tidak ada satu pun yang dapat menahan atau menghalangi dia untuk bertemu dengan Tuhan.  Hal ini bukan karena kedudukan dia sebagai raja yang berkuasa, sehingga tak seorang pun bisa menghentikan niatnya, tetapi itu karena kekuatan cintanya yang luar biasa kepada Tuhan.  Marilah kita pun memiliki hati yang rindu, haus dan lapar kepada Tuhan.  Selagi ada kesempatan mari kita kejar hadirat Tuhan!  Tertulis, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui;  berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!"  (Yesaya 55:6).

Seberapa dalam rasa rindu kita kepada Tuhan?  Atau perasaan kita 'biasa-biasa' saja kepada Tuhan dan kita lebih mencintai dunia ini daripada mencari Tuhan?

Sabtu, 12 Februari 2011

TUHAN SANGAT MEMBENCI PERCERAIAN


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2011 -


Baca:  Maleakhi 2:10-16

"Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel - juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam.  Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!"  Maleakhi 2:16

Perceraian di kalangan para artis atau selebritas adalah hal biasa.  Ada yang menikah hanya dalam hitungan bulan, setelah itu mereka bercerai dengan alasan klise:  merasa tidak cocok satu sama lain!  Bagaimana bisa ya?  Sungguh menyedihkan!

     Tuhan sangat membenci dosa perceraian.  Pernikahan bukanlah suatu hal yang harus kita jalani dengan keadaan terpaksa.  Dalam sebuah hubungan pernikahan, kasih tak bersyarat adalah sebuah keputusan.  Jika kasih Tuhan ada dalam diri kita, kita akan dapat memutuskan untuk membiarkan kasih itu terus mengalir.  Mengapa perceraian dibenci Tuhan?  Karena perceraian merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang di dalamnya melibatkan Tuhan.  Ketika dua orang yaitu laki-laki dan perempuan (bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan) dipersatukan dalam sebuah lembaga pernikahan, Tuhan menjadi pihak ketiga dalam perjanjian yang mereka buat.

     Perceraian menyerang dan mempengaruhi benih-benih Ilahi.  Hal terburuk yang mungkin kita lihat dalam kasus perceraian adalah anak-anak yang menjadi korban, padahal Tuhan memiliki rancangan yang indah dalam keluarga-keluarga Kristen.  Jika setiap terjadi konflik dalam rumah tangga kita sering menyerukan kata-kata cerai terhadap pasangan, berhati-hatilah!  Karena kita menabur benih perceraian dalam pernikahan, benih itu akan tumbuh karena Iblis menyuburkannya.  Banyak kasus kenakalan remaja terjadi, dan salah satu penyebabnya dalah karena masalah keluarga (broken home).  Anak-anak memberontak dan mencari kedamaian di luar karena suasana di rumah yang tidak lagi kondusif.  Anak-anak kita adalah hasil dari apa yang terjadi di dalam rumah tangga.  Perceraian yang menimpa orangtua seringkali membuat anak-anak menjadi trauma, sehingga ketika beranjak dewasa timbul ketakutan dan kekuatiran dalam diri mereka untuk menikah.  Takut jika mereka harus mengalami rasa sakit yang sama.

     Pernikahan Kristen adalah pernikahan sekali seumur hidup.  Tidak ada istilah cerai dalam kehidupan kekristenan karena itu adalah kebencian Tuhan!

"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.  Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."  Matius 19:6

Jumat, 04 Februari 2011

HIDUP KEKRISTENAN ADALAH SEBUAH PROSES

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2011 -

Baca:  Ibrani 5:11-14 

"Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."   Ibrani 5:14

Perjalanan hidup seorang Kristen harus mengalami pertumbuhan dari hari ke hari.  Sebagaimana seorang bayi yang dilahirkan bukan sekedar menjadi bayi yang lucu dan imut selama bertahun-tahun, tapi pada saatnya ia akan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas, masuk ke jenjang pendidikan dan akhirnya menjadi seorang dewasa yang mandiri.

     Pula sebagai orang Kristen kita tidak hanya berhenti sebatas percaya kepada Kristus saja.  Kita harus mengalami kelahiran baru, lalu terus berproses hingga menjadi seorang Kristen yang dewasa secara rohani.  Itulah kehendak Tuhan bagi kita.  Rasul Petrus menasihatkan,  "...bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus."  (2 Petrus 3:18a), agar supaya  "...kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah."  (Kolose 4:12).  Apa yang dimaksud dengan dewasa rohani?  Dewasa rohani berarti menjadi serupa dengan Kristus dalam hal karakter.  Jadi setiap orang percaya harus memiliki perubahan hidup, salah satunya dalam hal karakter, yang semakin menyerupai karakter Kristus.  Sudahkah karakter Kristus ada dan menjadi bagian dalam hidup kita sehari-hari?  Memiliki buah-buah Roh adalah tanda bahwa seseorang memiliki karakter Kristus:  "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."  (Galatia 5:22-23a).

     Dewasa rohani juga berarti mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dan mau melakukan ketaatan.  Kita bukan hanya sekedar mahir dan paham akan isi Alkitab, namun perbuatan dan tindakan kita juga harus benar-benar selaras dengan firman tersebut.  Perlu kita ketahui bahwa kedewasaan rohani itu tidak terjadi secara otomatis, tetapi merupakan suatu proses dan butuh kedisiplinan dari kita.  Oleh karena itu  "Latihlah dirimu beribadah.  Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:7b-8).  Jangan sekali-kali menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah karena kedewasaan rohani tidak terjadi secara instan!

Mempelai Kristus adalah orang-orang Kristen yang dewasa.

Selasa, 01 Februari 2011

Hidup Yang Memiliki Pikiran Allah

 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem  dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus  menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”. Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” ” Matius 16 : 21-23
Petrus dapat memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan Yesus kepada murid-muridNya mengenai siapakah diriNya, pada perikop sebelumnya dalam pasal yang sama. Roh Kuduslah yang memimpin pikiran Petrus dan berbicara kepada Petrus, sehingga kita dapat melihat bagaimana Yesus memberikan pujian atas jawaban Petrus, dalam Matius 16:17, “Kata Yesus kepadanya: berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang disorga”.
Namun dalam ayat 23, kita melihat bagaimana  Yesus  menegur  Petrus dengan sangat keras. Yesus menghardik, “Enyahlah iblis”.  Yesus di sini bukan mengusir Petrus tapi mengusir iblis yang telah meracuni pikiran Petrus. Petrus melakukan suatu kesalahan besar,  Petrus  membiarkan pikirannya dikuasai oleh iblis sehingga ia cenderung memikirkan hal-hal yang duniawi,  Petrus tidak memikirkan apa yang Allah pikirkan. Iblis sangat ingin menggagalkan rencana Allah.
Kalau kita lihat sekilas mengenai  latar belakang dari pemberitaan Yesus kepada murid-muridNya tentang penderitaan yang harus Dia alami, dalam ayat 21 di atas, adalah suatu misi yang harus dijalani oleh Yesus. Kitab Yesaya  juga sudah menubuatkan tentang hal itu, dalam Yesaya 53:5, “Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita… ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya”. Yesus harus  memikul penderitaan karena kita, dengan sabar dan sukarela, supaya kita diselamatkan.  Andai saja Petrus menyadari hal ini, tentu ia tidak akan mengatakan kepada Yesus, seperti dalam ayat 22 di atas “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”.  Seharusnya Petrus memberikan kekuatan kepada Yesus.  Petrus dengan berani menyatakan hal tersebut, karena ia membiarkan iblis bekerja menguasai pikirannya, ia hanya memikirkan penderitaan yang akan Yesus terima.
Seringkali  tanpa kita sadari kita telah melakukan  kesalahan  seperti yang dilakukan Petrus. Apa yang kita pikirkan setiap saat dalam kehidupan kita, tidak  seperti yang Allah pikirkan. Kita lebih banyak cenderung memikirkan  perkara-perkara duniawi saja. Kita kurang memikirkan perkara-perkara rohani, hal-hal yang sorgawi. Itulah sebabnya banyak orang yang hidup dalam tekanan, kebimbangan, kegelisahan dan putus asa, karena diperdaya oleh pikiran duniawi  saja. Berbagai situasi kehidupan yang kita hadapi sehari-hari tidaklah selalu menyenangkan seperti yang kita harapkan.  Keadaan yang demikian itu memang  cenderung mempengaruhi pikiran kita, akan banyak pertanyaan yang muncul ketika kita sedang berhadapan dengan masalah yang  sedang terjadi. Banyak orang memilih lebih baik lelah bekerja daripada lelah berpikir.  Mengapa ?  Karena kalau lelah bekerja bisa beristirahat,  sedangkan lelah berpikir dapat membuat tubuh kita juga menjadi lelah dan bahkan sampai sakit.
Kita boleh saja memikirkan masalah yang sedang kita hadapi, memikirkan  hal-hal yang duniawi,  tetapi kita harus bertindak hati-hati, sebab kalau  tidak  maka iblis dapat mengambil kesempatan atasnya, meracuni pikiran kita, membuat kita tiada berdaya, merasa telah gagal, membawa kita pada kekecewaan, sakit hati, kebencian dan sebagainya.  Ingatlah bahwa pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan (Yoh 10:10a). Pencuri itu ialah iblis,  suka menimbulkan kebimbangan penggenapan janji-janji Allah dalam hidup kita dengan maksud supaya kita gagal dan putus asa.
Apakah yang Allah kehendaki dari kita? Allah mau supaya kita juga memikirkan apa yang dipikirkan Allah, dalam ayat 23. Berpikirlah seperti Allah. “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol. 3:2) Kita harus memikirkan perkara yang di atas  dengan membiarkan seluruh sikap dan pikiran kita ditentukan olehNya. Dalam segala hal, kita harus mempertimbangkan  dan menilai serta memikirkan segala sesuatu  itu dari sudut pandang Allah, yaitu Firman Allah.
Allah selalu berpikir tentang yang baik dalam hidup kita terlepas dari keadaan kita, apapun adanya kita, DIA selalu mengasihi dan memperhatikan kita.  Allah merancangkan damai sejahtera, bukan kecelakaan, bahkan memberikan hari depan yang penuh harapan kepada kita. Jangan biarkan iblis merusaknya. Sebab kalau kita ijinkan iblis menguasai pikiran kita, maka kita sering dituduh dan diintimidasi oleh iblis, sehingga kita cenderung memikirkan yang buruk atas hidup kita, membuat kita tidak percaya pada Firman Tuhan.
.
Apakah yang harus kita lakukan agar kita dapat menjalani hidup yang memiliki pikiran Allah?

1. Melawan Iblis

Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” 1 Pet 5:9
Setiap orang harus berperang melawan iblis. Pikiran adalah medan peperangan. Kita tahu bahwa ketika umat manusia jatuh ke dalam dosa, iblis menjadi penguasa dunia ini, ia meronda di bumi mencari manusia untuk diperbudak. Waspadalah terhadap pikiran kita, kalau terdapat hal-hal yang buruk, jelek, negatif, sengsara dan sebagainya. Kita harus bertindak seperti  Yesus lakukan, menghardiknya dan katakan “Enyahlah iblis dari pikiranku, sebab aku percaya pada Firman Allah, Allah memberikan yang terbaik bagiku!“. Jangan biarkan hal-hal yang buruk menguasai pikiran kita.
Sebagai salah satu contoh dalam Alkitab kita lihat  bagaimana Ayub hidup dalam kegelisahan,  ia tidak memdapatkan ketenangan dan ketentraman dalam hidupnya.
Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan , itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketentraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul.” Ayb 3: 25-26
Kalau berpikir yang buruk, akan datang yang buruk, sebaliknya kalau kita berpikir yang baik (Firman Allah), maka kebaikan akan terjadi atas kita. Jangan beri tempat bagi iblis, lawanlah iblis dengan iman,  maka ia akan lari.
.

2. Menawan Pikiran

Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.” 2 Kor 10:5b
Kita sebagai orang  percaya  harus setiap saat menyesuaikan segala pikiran kita dengan kehendak Allah.  Bawalah seluruh pikiran kita kepada Allah, dan taklukkan di bawah kuasa FirmanNya.  Allah mengetahui seluruh pikiran kita, sebab tidak ada yang tersembunyi  bagi Allah.
Berhati-hatilah selalu akan apa yang dilihat oleh mata, dan apa yang didengar oleh telinga. Berani mengatakan tidak pada iblis, tidak pada dosa. Tolaklah dengan jelas segala sesuatu yang  tidak mendatangkan kebaikan. Serahkanlah pikiran kita pada Allah. Sekalipun masalah itu berat, percayalah Tuhan akan memberikan kelegaan.
.

3. Menyukai Firman Allah

Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Maz. 1:2
Manusia akan  selalu mencari apa yang mereka sukai. Sebagai umat Tuhan, jadikanlah Firman Allah menjadi kesukaan kita. Baca dan renungkanlah Firman Allah secara teratur. Kita harus membangun hidup kita dalam Firman Allah supaya kita menjadi kuat atas segala goncangan, dan masalah. Bila Firman Allah menjadi kesukaan kita serta merenungkannya siang dan  malam, maka Firman Allah itu akan membentuk pikiran kita, pikiran kita senantiasa selalu diperbaharui dibawa kepada pikiran-pikiran Allah. Biarkan Allah yang menuntun pikiran kita kepada  FirmanNya,  sampai kita melihat bagaimana campur tangan Allah atas hidup kita sungguh nyata.
Apakah yang saudara pikirkan saat ini ?  Adakah beban yang sangat berat ? Boleh-boleh saja kita memikirkan masalah kita,  tentang masa depan, kita sedang dalam pergumulan, dalam kekecewaan, dalam kemarahan, dalam kegagalan, penyesalan, putus asa atau tertekan/tertindas ? Jangan jadikan  masalah mengisi pikiran kita, sehingga kita tenggelam dalam masalah kita, membuat kita tidak berdaya atas masalah/pergumulan. Dalam keadaan ini iblis suka membawa kita pada tindakan yang buruk atau yang merugikan diri sendiri. Pikiran duniawi  mengarah kepada kebinasaan, tetapi pikiran rohani itu datangnya dari Allah dan menuntun kita kepada hidup yang berkemenangan.  Kita ada seperti yang kita pikirkan tentang kita. Sekalipun keadaannya  tidak baik, tetapi kita harus berpikir tentang yang baik.
Seperti Mazmur Daud berkata dalam pasal 119 ayat 71 “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapanMu”. Jadikanlah setiap masalah itu untuk belajar tentang Firman Tuhan, karena setiap masalah mempunyai  jawaban dalam Firman Tuhan. Relakan FirmanNya membentuk pikiran saudara.  Biarlah damai sejahtera Allah memelihara hati dan pikiran saudara dalam Kristus Yesus. Tuhan memberkati saudara sekalian.
.
Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Wahyu 1:3