Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2011 -
Baca: Lukas 6:43-45"Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik..." Lukas 6:45a
Penulis Amsal berkata, "Hidup dan mati dikuasai oleh lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Ini menandakan bahwa apa yang kita ucapkan, atau perkataan yang keluar dari mulut kita itu angat berdampak karena apa yang kita ucapkan dan kita percayai akan benar-benar terjadi. Tuhan Yesus berkata, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17:6)
Karena perkataan kita itu sangat penting, maka kita perlu memastikan bahwa apa yang kita ucapkan itu sesuai dengan apa yang Tuhan katakan melalui firmanNya. Memperkatakan firman Tuhan adalah cara yang sangat baik untuk membangun iman kita. Sebagai orang percaya, setiap kita memiliki kuasa atas kehidupan atau kematian, kemenangan atau kekalahan, berkat atau kutuk, melalui perkataan kita setiap hari. Mari perhatikan: apa yang senantiasa kita ucapkan atau gemakan akan sangat menentukan masa depan kita. Perkataan kita cerminan dari apa yang ada di dalam hati kita sendiri. Karena itu, kita harus mengisi perbendaharaan hati kita dengan hal-hal yang baik dan benar. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua orang yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).
Mengucapkan yang benar akan memberikan pengaruh yang baik dalam setiap area kehidupan kita. Karena itu kita harus menjaga perkataan iman kita, sebab iman dilepaskan melalui mulut atau ucapan kita dan itu sangat menentukan masa depan kita. Ketika Musa mengutus 12 orang untuk mengintai negeri Kanaan, hanya Yosua dan Kaleb yang memperkarakan hal-hal baik sebagai perkataan iman. Sedangkan 10 orang lainnya (mayoritas) memberikan laporan yang negatif atau buruk. Seluruh rakyat justru terpengaruh dengan laporan yang negatif itu sehingga mereka tawar hati dan menolak untuk memasuki negeri itu. Akibat dari ketidaktaatan itu Tuhan 'mendidik' mereka di padang gurun selama empat puluh tahun lamanya, sampai semua angkatan yang memberontak itu mati, kecuali Kaleb dan Yosua.
Bangsa Israel mengalami kegagalan karena lebih percaya pada perkataan-perkataan negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar